Prospek Emiten Konstruksi di 2019, PTPP Dan WIKA Jadi Pilihan
Thursday, February 14, 2019       17:44 WIB

Ipotnews - Pertumbuhan saham-saham konstruksi diprediksi melambat akibat kendala pembiayaan yang tinggi. Namun order book yang lebih rendah akan memicu arus kas dan neraca keuangan yang lebih kuat.
Tim Analis PT Indo Premier Sekuritas melihat, pembentukan holding BUMN (di sektor tersebut) sebagai hal positif bagi sektor konstruksi. Bullish akan terjadi pada saham PT Pembangunan Perumahan Tbk () dan PT Wijaya Karya Tbk () sebagai saham pilihan di sektor konstruksi.
Prospek Laba
Analis Indo Premier Sekuritas, Joey Faustian memperkirakan laba sektor konstruksi tumbuh 14 persen pada periode 2018 lalu melemah masing-masing 7 persen dan 8 persen pada proyeksi 2019 dan 2020.
Menurut dia, kontrak baru dan order book tumbuh melambat, turun 4 persen/13 persen ( CAGR ) dalam rentang 2017-2020 mengingat adanya kendala pembiayaan, kenaikan beban biaya financing serta pertumbuhan dana anggaran untuk infrastruktur yang melandai pada 2019.
Kontrak baru dan order book 4 perusahaan besar BUMN bidang konstruksi dalam rentang 2012-2017 ( CAGR ) telah tumbuh masing-masing 23 persen dan 31 persen. Pada 2016 pertumbuhan kontrak baru dan order book tersebut mencapai puncaknya masing-masing 68 persen dan 58 persen.
Arus Kas
Emiten kontraktor BUMN diproyeksikan membukukan arus kas operasional yang positif. Ke depan rasio utang terhadap equity (DER) akan turun menjadi 1,6 kali pada setahun penuh tahun 2020 (FY20). Bandingkan dengan FY18 yang sebesar 1,8 kali.
Penurunan rasio utang tersebut ditopang oleh pembayaran proyek turnkey pada beberapa proyek penting dengan skema turnkey yang dijadwalkan selesai pada 4Q18 dan 1Q19. Diyakini, kontraktor BUMN akan fokus pada order book untuk menambal posisi neraca keuangan dan arus kasnya seiring hasil kinerja yang kuat di periode 2013-2017.
Holding BUMN
Pembentukan holding BUMN konstruksi akan berdampak positif bagi sektor tersebut. Melalui delegasi pengerjaan konstruksi juga memberikan kapasitas pembiayaan lebih besar bagi konstraktor BUMN .
Holding infrastruktur diharapkan memberikan pekerjaan konstruksi kepada PT Adhi Karya Tbk () dan PT Waskita Karya () tanpa kebutuhan untuk menguasai konsensi.
Pada sisi lain, holding perumahan akan memberikan dan pekerjaan konstruksi pada pengembangan skema TOD dan TCD bersamaan dengan kepemilikan proyek infrastruktur baru oleh holding.
Ke depan, holding akan memiliki agenda beberapa merger pada tingkat anak usaha yang di dalamnya bergerak pada kategori bidang bisnis yang sama. Dengan begitu diharapkan terdapat efisiensi dalam belanja bahan baku secara masal serta pendanaan yang lebih terjangkau.
Saham Pilihan
Meskipun prospek order book dan laba sektor ini melemah, tetapi terus menjadi favorit karena diperkirakan tingkat utang dan arus kas operasi secara bertahap membaik pada 2019.
Indo Premier mempertahankan saham dan sebagai pilihan utama di sektor konstruksi mengingat beberapa alasan seperti penguatan order book, utang rendah dan eksposur yang terbatas pada proyek turnkey.
"Mengingat neraca keuangannya yang sehat, diyakini kedua emiten itu punya prospek laba lebih baik karena kemampuan mereka untuk menerbitkan lebih banyak surat utang guna mengerjakan proyek besar seperti MRT fase kedua dan tol Jakarta-Cikampek Selatan," kata Analis Indo Premier, Joey Faustian seperti dikutip dari risetnya pekan ini.
Selain itu, saham anak usaha kontraktor BUMN precast, yakni juga menjadi saham pilihan. Pencapaian kontrak baru yang kuat sebesar 27 persen dengan klien yang beragam dalam rentang 2015-2018 ( CAGR ) menjadi salah satu alasan. juga mencatat rasio utang yang rendah sebesar 0,6 kali.
Indo Premier mengingatkan risiko rekomendasi pada sektor ini mungkin bersumber dari penundaan proyek turnkey dan akuisisi lahan yang lebih lambat dari perkiraan pada proyek-proyek infrastruktur penting.
(Indo Premier Sekuritas Research)

Stock

Rating

Price (Rp)

Target Price (Rp)

18F P/E

19F P/E

18F P/B

19F P/B

18F DER

19F DER



Buy

1865

2300

10.6

8.6

1

0.9

0.9

0.8



Buy

2300

2600

8.6

7.5

1

0.9

0.8

0.9



Hold

1680

1750

8.8

6.7

0.9

0.8

1.6

1.5



Hold

2010

2100

6.2

6.6

1

0.9

2.2

1.9



Buy

490

570

11.5

9.6

1.3

1.2

0.6

0.6



Buy

410

480

9.8

8.8

1.2

1.1

0.7

0.7

 Source: Bloomberg, Indo Premier Sekuritas ; share price closing as of 8 February 2019 


Sumber : admin