Prospek Industri Jamu Cerah Terdongkrak Minat Konsumen Jaga Daya Tahan Tubuh
Wednesday, September 16, 2020       13:48 WIB

Ipotnews - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan prospek industri jamu nasional untuk tumbuh makin besar. Pasalnya saat ini kebutuhan obat-obatan atau produk kesehatan meningkat seiring dengan upaya masyarakat dalam meningkatkan daya tahan tubuhnya agar terhindar dari paparan covid-19.
"Kita dapat mengubah momentum krisis ini menjadi lompatan kesempatan. Jamu adalah salah satu keunggulan lokal yang memiliki potensi besar di pasar domestik dan luar negeri. Apalagi disrupsi yang terjadi selama pandemi Covid-19 ini telah menggeser perilaku dan pola konsumsi masyarakat dunia ke arah yang semakin sadar kesehatan. Dengan demikian, potensi jamu di masa depan bisa lebih menjulang," kata Agus dalam keterangannya, Rabu (16/9).
Dijelaskan bahwa di tengah pandemi covid-19, sejumlah sektor mampu bertahan dari pandemi. Misalnya industri kimia, farmasi, dan obat tradisional yang justru tumbuh 8,65 persen pada kuartal kedua tahun 2020 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu di sektor biofarmaka atau tanaman obat, nilai ekspor secara keseluruhan memang ikut terdampak pandemi. Pada periode Januari-Juli 2020, nilai ekspor produk biofarmaka adalah USD5,69 juta. Nilai ini turun 12,60 persen dari nilai ekspor pada periode yang sama tahun 2019 yang senilai USD6,51 juta.
Pada periode Januari-Juli 2020, nilai ekspor produk biofarmaka ke kawasan Timur Tengah justru meningkat sebesar 511,41 persen menjadi USD38,82 ribu dari USD6,35 ribu pada periode yang sama tahun 2019. Kenaikan ekspor juga terjadi ke Amerika Serikat yang naik 8,36 persen dan Eropa 5,26 persen pada periode yang sama.
"Negara tujuan ekspor produk biofarmaka Indonesia pada periode Januari-Juli 2020 masih didominasi oleh India (52,83 persen), Singapura (7,82 persen), Jepang (6,25 persen), Vietnam (5,37 persen), dan Malaysia (4,98 persen)," imbuh Agus.
Pada 2019, Indonesia menempati urutan ke-18 negara pengekspor biofarmaka ke dunia dengan pangsa pasar sebesar 0,62 persen. Pemasok biofarmaka dunia masih didominasi oleh India (34,88 persen), Republik Rakyat Tiongkok (8,10 persen), dan Belanda (7,16 persen).
"Hal ini menyadarkan kita bahwa potensi produk biofarmaka nasional, seperti jamu, yang bahan bakunya berlimpah di dalam negeri ini perlu kita optimalisasi. Munculnya India sebagai pemain utama biofarmaka dunia di satu sisi, dan kenyataan ekspor bahan biofarmaka nasional yang lebih dari separuhnya ditujukan ke India, secara tidak langsung menunjukkan struktur industri jamu nasional sekaligus potensi pasar yang dapat kita manfaatkan pada tataran global di sektor ini," kata Agus.
Dari sisi peningkatan akses pasar, baik pasar ekspor maupun dalam negeri, Agus melihat pelaku usaha jamu dapat menggencarkan pola distribusi omnichannel yang menggabungkan kekuatan saluran distribusi daring seperti marketplace, media sosial, dan situs web, dengan saluran distribusi luring yang konvensional. Oleh karena itu, Kementerian Perdagangan mengapresiasi inisiatif Gabungan Pengusaha (GP) Jamu yang melihat peluang jamu di masa pandemi sebagai produk herbal asli Indonesia untuk diekspor ke mancanegara.
Lebih lanjut, Agus menilai industri jamu memiliki peran penting dalam perekonomian nasional yang mampu menyediakan lapangan kerja sebanyak 3 juta tenaga kerja, dan tahun lalu tumbuh 6 persen atau berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, dengan bahan baku yang kurang lebih 90 persen berasal dari dalam negeri, industri jamu akan memberikan multiplier effect yang signifikan dalam pertumbuhan perekonomian mulai dari sektor hulu hingga hilir.
Peran GP Jamu itu akan membantu gerak ekonomi dan perdagangan Indonesia dan di saat yang bersamaan menjaga masyarakat tetap sehat melalui konsumsi jamu," pungkasnya. (Marjudin)

Sumber : admin