Proyeksi The Fed Katrol Imbal Hasil Amerika, "Greenback" Berkibar
Thursday, September 17, 2020       13:08 WIB

Ipotnews - Dolar menguat terhadap mata uang utama, Kamis, setelah penilaian optimistis The Fed tentang pemulihan ekonomi, dan karena meningkatnya toleransi untuk inflasi yang lebih tinggi mendorong imbal hasil US Treasury.
Pada pertemuan kebijakannya, Federal Reserve berjanji untuk mempertahankan suku bunga mendekati nol hingga setidaknya akhir 2023, ketika pasar tenaga kerja mencapai "lapangan kerja maksimal" dan inflasi berada di jalur untuk "secara moderat melampaui" target inflasi 2%.
The Fed juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi membaik dari kejatuhan akibat virus korona yang mereka proyeksikan pada Juni, demikian laporan  Reuters,  di Tokyo, Kamis (17/9).
Terhadap enam mata uang utama, Indeks Dolar (Indeks DXY) naik sekitar 0,32% menjadi 93,493, dan berada di posisi USD1,1763 versus euro, yang sempat menembus level terendah satu bulan.
Dolar awalnya jatuh setelah pengumuman The Fed itu, dan data penjualan ritel Amerika Serikat yang lebih lemah dari perkiraan, tetapi beralih ke wilayah positif setelah komentar Chairman Jerome Powell tentang prospek ekonomi.
Aksi beli dolar yang luas mengikuti setelah patokan imbal hasil US Treasury 10-tahun naik di atas 0,7%, reaksi yang mirip dengan simposium Jackson Hole The Fed bulan lalu, kata Mitsuo Imaizumi, Kepala Strategi FX Daiwa Securities.
"Ini adalah reaksi yang sama dengan pasar ketika Chairman The Fed Powell memperkenalkan kerangka kerja yang baru bulan lalu, dan imbal hasil jangka yang lebih panjang menguat setelah pengumuman tersebut. Berdasarkan tingkat suku bunga yang lebih tinggi, saya pikir orang merasa mereka tidak akan bisa menjual dolar," katanya.
Analis mengatakan ada risiko perlambatan aktivitas ekonomi kecuali lebih banyak stimulus fiskal digelontorkan.
"Selain pemilihan presiden, saya pikir fokusnya akan tertuju pada dukungan fiskal Amerika, yang menurut Powell juga penting," kata Shinichiro Kadota, analis Barclays. "Kongres masih berjuang dengan perundingan stimulus, dan pasar mencermati apakah itu akan diselesaikan."
Di antara mata uang Asia, dolar Australia sempat melonjak didorong data ketenagakerjaan yang kuat, tetapi mengoreksi kembali kenaikannya karena mata uang itu terbebani penguatan dolar AS, terakhir diperdagangkan 0,53% lebih rendah menjadi USD0,72665.
Bank of Japan mempertahankan kebijakan moneternya tetap stabil, Kamis, dan mengatakan ekonomi negara itu "tetap dalam kondisi yang parah tetapi mulai meningkat," menunjukkan tidak diperlukan stimulus segera untuk mendukung aktivitas.
Keputusan kebijakan tersebut diambil setelah Yoshihide Suga, asisten Shinzo Abe yang berjanji untuk melanjutkan "Abenomics" untuk memulihkan lapangan kerja, secara resmi terpilih sebagai perdana menteri baru Jepang, Rabu.
Pelaku pasar akan fokus pada pernyataan Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda tentang bagaimana bank sentral bakal mengoordinasikan kebijakan moneter dengan pemerintahan Suga.
Mata uang  safe-haven  yen berpindah tangan di 105,08 versus  greenback,  sedikit di bawah level tertinggi dua setengah bulan, yakni 104,81, yang dicapai tadi malam.
Di tempat lain, yuan China diperdagangkan 6,775 per dolar di perdagangan  offshore. 
Fokus bagi poundsterling kini adalah ketegangan Brexit, menyusul kesepakatan pemerintah, Rabu, untuk mencegah pemberontakan di partai Perdana Menteri Boris Johnson sendiri.
Pound terakhir di posisi USD1,2932, setelah anjlok lebih dari 3,5% terhadap  greenback  dan euro minggu lalu.
Melawan euro, mata uang tersebut berpindah tangan di 0,9098 pence per euro, mendekati level terendah lima setengah bulan awal pekan ini. (ef)

Sumber : Admin