Rating Buy Bertahan Meski Kinerja LSIP Melemah
Friday, March 01, 2019       17:34 WIB

Ipotnews - PP London Sumatera (kode saham: ) menorehkan kinerja buruk di periode triwulan terakhir tahun 2018 (4Q18). membukukan rugi bersih Rp13 miliar bila dibandingkan dengan periode 3Q18 dengan laba bersih Rp120 miliar dan mencetak laba Rp124 miliar pada 4Q17.
Secara umum pelemahan kinerja ini akibat harga jual rata-rata (ASP). ASP minyak kelapa sawit (CPO) perseroan turun 12 persen (QoQ) dan 26 persen (YoY) menjadi rata-rata Rp6.018 per kg. Sementara ASP kernel turun 22 persen (QoQ) dan 50 persen (YoY) menjadi rata-rata Rp4.015 per kg di periode 4Q18.
Sedangkan jika disetahunkan (FY18), laba bersih sebesar Rp331 miliar atau turun tajam 57 persen (YoY). Pencapaian laba bersih di FY18 tersebut hanya 69 persen dari estimasi (Indo Premier Sekuritas) dan hanya 66 persen (konsensus para analis).
Laba operasi turun 69 persen menjadi Rp310 miliar pada FY18 (hanya 46 persen dari konsensus).
Marjin Turun
Pendapatan pada FY18 drop 15 persen tetapi laba kotor turun 49 persen seiring naiknya produksi sebesar 10 persen (YoY) sehingga menghasilkan marjin kotor turun 17,9 persen pada FY18 atau turun 28,3 persen jika dibandingkan dengan marjin kotor pada FY17.
Analis Indo Premier Sekuritas, Frederick Daniel memaparkan biaya panen mencapai 25 persen, biaya pemeliharaan dan pemupukan naik 29 persen dan biaya manufaktur naik 20 persen (YoY) di periode FY18. Pelemahan marjin juga bersumber dari harga jual yang lebih rendah.
Tertinggi di Sektor
Kinerja pada FY18 memang melemah tetapi marjin diperkirakan pulih pada proyeksi kinerja di FY19. Pemulihan marjin ini tertolong oleh ASP CPO yang naik 21 persen (YoY).
"Kami yakin marjin pada 2019 relatif masih akan tertinggi terhadap emiten sejenis ditopang oleh perseroan yang tanpa beban utang dan tanpa terlibat pada industri hilir," kata analis Indo Premier tersebut.
dapat mempertahankan posisinya sebagai perusahaan murni perkebunan karena perusahaan induk (Salim Ivomas Pratama-) kuat di industri hilir CPO (minyak sayur dan mentega). Perlu dicatat bahwa marjin EBIT industri hilir CPO terbilang rendah sebesar 3 persen atau di bawah angka tersebut.
Valuasi
Indo Premier menaikkan proyeksi penjualan CPO sebesar 5,3 persen menjadi 442 ribu ton pada FY19 karena produksi CPO perseroan mencapai 453 ribu ton pada FY18 atau naik 16 persen (YoY).
Namun, biaya produksi diperkirakan juga naik mengingat beban biaya diperkirakan lebih tinggi dibanding pada FY18. Diperkirakan laba mencapai Rp711 miliar (naik 114% YoY) pada FY19 terutama ditopang oleh kenaikan harga jual.
Indo Premier mempertahankan rekomendasi Buy saham dengan potensi kenaikan harga 31 persen. Target price ditetapkan Rp1.600 persaham atau turun dibandingkan dengan TP sebelumnya Rp1.650 per saham.
(Riset Indo Premier Sekuritas)

Year To 31 Dec

2017A

2018A

2019F

2020F

2021F

Revenue (RpBn)

4,738

4,020

4,948

5,381

5,961

EBITDA (RpBn)

1,398

820

1,234

1,526

1,798

EBITDA Growth (%)

19.1

-41.4

50.6

23.7

17.8

Net Profit (RpBn)

789

347

711

924

1,125

EPS (Rp)

116

51

104

135

165

EPS Growth (%)

32.8

-56

105

30

21.7

Net Gearing (%)

-20.1

-20

-23.6

-26.2

-29

PER (x)

10.6

24

11.7

9

7.4

PBV (x)

1

1

0.9

0.9

0.8

Dividend Yield (%)

2.9

3.7

1.6

5.1

6.7

EV/EBITDA (x)

4.8

8.1

5

3.8

3

 source: , Indo Premier ; Share Price Closing as of : 28-February-2018 

Sumber : admin