Rebound China Dongkrak Optimisme Emerging Market
Monday, July 13, 2020       16:04 WIB

Ipotnews - Meskipun dibayangi kenaikan kasus Covid-19, sentimen positif terhadap  emerging market  tetap tumbuh. China menjadi pendorong optimisme  emerging market  (EM).
Dorongan terbesar muncul dari ekonomi China yang diperkirakan akan kembali mencatatkan pertumbuhan pada kuartal kedua, menempatkan yuan - barometer sentimen risiko global saat ini - di jalur kenaikan lebih lanjut menyusul lompatan mingguan terbesar sejak Januari 2019. Goldman Sachs Group Inc. merevisi perkiraan 12 bulan nilai mata uang itu menjadi 6,7 dari 7, dengan ekspektasi dolar yang lebih lemah.
"Fundamental domestik China terlihat semakin solid," tulis tim ahli strategi Goldman, New York, dalam catatannya kepada klien. "Pertumbuhan tetap kokoh, penyebaran virus dilaporkan di bawah kendali, surplus perdagangan semakin berkembang, dan baik pasar modal maupun suku bunga bergerak lebih tinggi," ungkap mereka, seperti dikutip Bloomberg, Senin (13/7).
Perbaikan tersebut kemungkinan akan menambah momentum reli lebih lanjut pada mata uang EM di bulan ini. Rata-rata bergerak 50 hari indeks MSCI Inc. sekarang lebih tinggi daripada rata-rata bergerak 100 hari. Menurut Deutsche Bank AG, mata uang negara berkembang saat ini terbilang murah dan mungkin akan mengejar ketertinggalannya dengan aset berisiko lainnya seiring dengan menyusutnya kepemilikan surat utang lokal oleh asing ke rekor terendah.
Paul Quinsee, kepala ekuitas global JP Morgan Asset Management, New York berpendapat, di pasar ekuitas, peluang untuk pemilihan saham "masih terlihat sangat bagus," bahkan setelah indeks MSCI naik ke level tertinggi hampir lima bulan pada pekan lalu.
Emerging market  secara keseluruhan masih menawarkan nilai yang wajar," ujarnya. "Perusahaan yang tumbuh cepat memang mahal, tetapi kita dapat menemukan banyak investasi berkualitas tinggi dengan prospek yang solid dengan harga menarik," imbuh Quinsee.
Berikut ini beberapa peristiwa di China dan Asia yang akan menjadi perhatian investor pada pekan ini;
  • China diperkirakan, pada Kamis depan, akan menyatakan bahwa produk domestik bruto kuartal kedua meningkat 2,2%, setelah kejatuhan bersejarah 6,8% pada kuartal pertama.
  • Produksi industri kemungkinan akan tetap mengalami ekspansi, sementara konsensus memperkirakan penjualan ritel akan mendatar secara  year-on-year .
  • Yuan sudah  rebound  lebih dari 1% dari posisi terendah Juni, yang sebagian mencerminkan kepercayaan pada ekonomi China dan sebagian lagi karena risiko yang lebih rendah dari ketegangan perdagangan dengan AS.
  • Rilis data perdagangan China bulan Juni, Selasa besok, kemungkinan akan menunjukkan pelonggaran kontraksi lebih lanjut (secara yoy), baik dalam ekspor maupun impor.
  • Besaran dan lamanya reli China akan menjadi perhatian - saham China mengawali pekan ini dengan menguat membalikkan sebagian besar penurunan pada akhir pekan lalu.
  • "Rally yuan di pasar luar negeri masih memiliki lebih banyak tenaga untuk berlari," kata Stephen Innes, kepala strategi pasar di Axicorp. Bank sentral China "telah mempertahankan pendekatan yang relatif lepas tangan terhadap pasar, tidak terlalu disibukkan dengan penguatan yuan," ujarnya.

Di luar China, investor juga memperhatikan beberapa peristiwa di Asia pekan ini, diantaranya;
  • Sejumlah analis berbeda pendapat tentang perkiraan keputusan suku bunga Bank Indonesia dalam rapat kebijakan Kamis mendatang. Separuh ekonom yang disurvei Bloomberg memperkirakan BI akan menurunkan suku bunga 25 basis poin karena inflasi terus menurun, sedangkan yang lain berpikir bahwa BI masih akan menunggu dan melihat perkembangan selanjutnya. Sejauh ini, Rupiah telah menjadi salah satu mata uang Asia berkinerja terburuk di bulan Juli, karena penilaian yang beragam terhadap rencana BI untuk ikut berbagai beban membiayai pengeluaran pemerintah.
  • Bank of Korea, juga pada Kamis mendatang, diperkirakan akan mempertahankan kebijakan suku bunga acuannya. Berdasarkan survei Bloomberg, hanya sebagian kecil analis mengekspektasikan pemotongan suku bunga dengan pertimbangan bahwa data perekonomian yang terus melemah ke bawah ekspektasi bank sentral yang dipublikasikan. Obligasi Korea dan won tetap dalam kisaran yang cukup sempit dalam sebulan terakhir, dan volatilitas dalam won terus tergelincir lebih rendah.
  • Menurut studi Bloomberg, kinerja obligasi India dinilai relatif stabil sejak terjadinya krisis, dan perbedaannya dengan obligasi Indonesia tetap tinggi - lebih dari 1,3 standar deviasi di atas rata-rata lima tahun. Penurunan lebih lanjut dalam Indeks Harga Konsumen India, berdasarkan ekpektasi konsensus, sebagian akan dapat menghasilkan kinerja obligasi India yang kuat.
  • Pada Rabu mendatang, Indonesia dan India akan merilis data perdagangan. Meskipun konsensus memperkirakan akan adanya penurunan(secara month-on-month), namun secara keseluruhan neraca kedua negara itu sangat mungkin membaik pada tahun ini.
  • Peningkatan di India telah menyebabkan tekanan pada rupee - pemain terbaik keempat di Asia pada bulan Juli - secara sempit mengikuti yuan dan peso Filipina.
  • India telah mengalami peningkatan yang sangat mencolok dan menyebabkan dorongan kenaikan pada rupee, mengikuti yuan dan peso Filipina. Apresiasi yang relatif mendadak sejak awal Juli telah menyebabkan perdebatan tentang apakah bank sentral India pada akhirnya akan membiarkan perbaikan pada neraca pembayaran akan tercermin dalam kekuatan mata uang.
  • Filipina mungkin juga mendapatkan data  remittance  (pengiriman uang) untuk bulan April. Bank sentral memperkirakan penurunan 5% secara keseluruhan untuk tahun ini. (Bloomberg)

Sumber : Admin

berita terbaru
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:51 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of TBIG
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:45 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of APIC
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:42 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of ABDA
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:38 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of HOKI
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:35 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of BMSR
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:31 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of BBSS
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:28 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of BBLD
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:24 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of ASSA