Reli US Treasury Mereda, Dorong Investor Kembali ke Aset Beresiko
Friday, June 11, 2021       16:41 WIB

Ipotnews - Reli terkuat US Treasury dalam setahun terakhir mulai mereda, mendorong investor untuk kembali mengoleksi aset berisiko, karena mereka semakin yakin pada kebenaran pernyataan Federal Reserve AS yang menyebutkan bahwa lonjakan indeks harga konsumen hanya bersifat sementara.
Kejatuhan imbal hasil US Treasury 10-tahun ke posisi terendah tiga bulan, mendorong pelaku pasar untuk mengurangi kekhawatiran bahwa pada paruh kedua tahun 2021 akan melihat kenaikan suku bunga yang lebih cepat yang akan berdampak pada pasar ekuitas dan komoditas.
Harga aset akan tetap didukung dengan baik oleh likuiditas, yang diciptakan oleh kebijakan moneter yang sangat longgar secara global, dan karena ekonomi terus berakselerasi keluar dari resesi yang disebabkan oleh pandemi.
Kenyamanan baru tentang prospek inflasi membuat investor dan ahli strategi bersikap  bullish  pada aset yang mengalami penurunan kinerja sejak imbal hasil US Treasury mulai naik pada Agustus tahun lalu. Saham yang terpengaruh pertumbuhan ekonomi berharga mahal, terutama saham perusahaan teknologi, dan aset  emerging market  telah memantapkan posisinya dalam daftar belanja sejumlah investor.
"Pergerakan imbal hasil obligasi belum lama ini mendukung narasi The Fed bahwa inflasi kemungkinan bersifat sementara," kata Suresh Tantia, ahli strategi investasi di Credit Suisse Group AG. "Investor menumpuk di bagian pasar yang sensitif terhadap suku bunga, seperti saham teknologi dan perawatan kesehatan, obligasi layak investasi, dan emas," imbuhnya, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (11/6).
Imbal hasil Treasury 10-tahun turun 6 basis poin pada Kamis kemarin, bahkan setelah rilis indeks harga konsumen AS pada Mei lalu yang menunjukkan kenaikan dengan laju tahunan tercepat sejak Agustus 2008. Imbal hasil sudah turun 12 basis poin sepanjang pekan ini, berada di jalur penurunan paling dalam dalam setahun. Para pedagang terlihat akan melanjutkan aksi melepas posisi  short  surat utang pemerintah AS, meskipun ada lonjakan indeks harga konsumen. Sejumlah investor memasang  mode risk-on , dengan menempatkan aset-aset  emerging market  (EM) sebagai pilihan.
"Surat utang EM kami perkirakan akan meningkat, dan pelemahan dolar sebagai akibatnya, akan membantu menghilangkan sebagian ketakutan akan perlunya suku bunga yang lebih tinggi untuk melindungi mata uang," kata Gary Dugan, kepala investasi di Kantor CIO Global.
Todd Schubert, kepala riset pendapatan tetap di Bank of Singapore Ltd. adalah penggemar aset EM. Menurutnya reli di USTreasuries dan penurunan dolar AS akan mendukung prospek global yang menguntungkan untuk surat utang secara umum dan untuk surat utang EM pada khususnya. Schubert mengekspektasikan penerbitan yang banyak dan pengetatan  spread  lebih lanjut pada obligasi negara berkembang.
Ekspektasi untuk imbal hasil jangka panjang yang lebih rendah juga menghasilkan seruan untuk merotasi sejumlah dana kembali ke saham-saha sensitif pertumbuhan ( growth stock ). Peningkatan valuasi telah mendorong aliran uang menjauh dari aset-aset kesayangan di era pandemi, seperti perusahaan teknologi yang akan menarik selama suku bunga terlihat di batas bawah untuk waktu yang lebih lama. Segmen  value  menjadi favorit baru karena perdagangan reflasi mulai terjadi pada awal 2021 - sehinga saham siklis yang lebih murah seperti bank dan industri memimpin pasar.
"Di bawah permukaan, imbal hasil US Treasury yang lebih rendah kemungkinan akan menghentikan rotasi dari  growth stocks  ke  value stocks  seperti yang telah kita lihat baru-baru ini," kata Sylvia Sheng, ahli strategi multi-aset global di JPMorgan Asset Management.
"Dari perspektif regional, ini akan menguntungkan pasar seperti saham AS berkapitalisasi besar dan EM, yang lebih mengarah ke  growth stocks  dengan mengorbankan lebih banyak pasar  value stocks  seperti Eropa dan Jepang," Sheng menambahkan.
"Jika imbal hasil terus bertahan pada level saat ini dan volatilitas turun lebih jauh, kita mungkin akan melihat beberapa pembalikan arus dan momentum rotasi dari  growth stocks  ke  value stocks ," kata Michael Foo, kepala investasi di HP Wealth Management. Dia meyakini saham teknologi dapat menutup kesenjangan kinerja mereka dalam waktu dekat.
Yang pasti, beberapa pelaku pasar seperti Tantia dari Credit Suisse masih menganggap saham siklis tetap menarik, dengan ekspektasi bahwa imbal hasil US Treasury AS akan naik menjadi 2% selama 12 bulan ke depan. Pada akhirnya, The Fed akan mengumumkan pengurangan program pembelian obligasi.
"Dalam ekuitas, kami memperkirakan pasar siklis seperti Jerman, Inggris, Korea Selatan, dan Thailand akan terus mengungguli negara-negara lain di dunia," kata Tantia. "Di antara sektor, kami lebih memilih keuangan dan bahan baku, dan akan merekomendasikan untuk menggunakan penurunan apa pun sebagai peluang pembelian."
Reli tajam dalam US Treasuries, "kemungkinan akan meluas dan mendorong imbal hasil lebih rendah di seluruh kurva Asia, dengan beberapa kemungkinan pengecualian," tulis ahli strategi Citigroup Inc. Gaurav Garg dalam sebuah catatan pada hari Kamis. "Kami lebih menyukai durasi di Filipina, dan sekarang menambahkan Malaysia sekarang untuk portofolio obligasi EM." (Bloomberg)


Sumber : Admin

berita terbaru
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:51 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of TBIG
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:45 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of APIC
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:42 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of ABDA
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:38 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of HOKI
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:35 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of BMSR
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:31 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of BBSS
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:28 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of BBLD
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:24 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of ASSA