Rupiah Anjlok 0,57% Akibat Tekanan Dari AS, China, dan Sentimen Domestik
Tuesday, September 26, 2023       16:00 WIB

Ipotnews - Dengan arah suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve yang diyakini tetap tinggi ke depan, kurs ditutup melemah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini.
Berdasar data Bloomberg, Selasa (26/9) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah ditutup pada level Rp15.490 per dolar AS, anjlok 88 poin atau 0,57% dibandingkan dengan penutupan Senin (25/9) di level Rp15.402 per dolar AS.
"Meningkatnya kekhawatiran akan penutupan pemerintahan AS tidak banyak menghalangi penguatan dolar, dengan arah suku bunga acuan the Fed yang masih bisa lebih tinggi mendorong indeks dolar menguat," kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, dalam keterangan tertulis, sore ini.
Kongres AS mempunyai waktu kurang dari seminggu untuk meloloskan rancangan undang-undang pengeluaran dan mencegah penutupan Pemerintahan AS. Namun para pemimpin Partai Republik dan Demokrat mengindikasikan hanya sedikit kemajuan yang dicapai dalam mencapai konsensus.
"Selain itu, Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan dalam pidatonya pada Senin malam bahwa ia melihat suku bunga naik setidaknya sekali lagi pada tahun 2023, dan kemungkinan akan tetap lebih tinggi hingga tahun 2024," ujar Ibrahim.
Komentar Neel serupa dengan pernyataan Ketua Fed Jerome Powell pekan lalu. Powell juga mengatakan bahwa inflasi yang tinggi dan pasar tenaga kerja yang ketat kemungkinan akan menyebabkan kenaikan suku bunga acuan lagi pada tahun ini.
"Powell juga meremehkan ekspektasi penurunan suku bunga besar-besaran tahun depan, dengan target suku bunga The Fed ditetapkan tetap di atas 5% hingga tahun 2024," tambah Ibrahim.
Di China, pengembang properti Evergrande Group yang terkepung mengatakan pihaknya tidak akan dapat menerbitkan utang baru karena penyelidikan pemerintah. Hal ini meningkatkan kekhawatiran atas pengawasan peraturan yang lebih ketat terhadap sektor properti.
"Sektor properti China sudah berjuang menghadapi krisis uang tunai selama tiga tahun terakhir," ucap Ibrahim.
Di dalam negeri Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2024 akan mengalami peningkatan sebesar 5,2%. Namun para ekonom memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia direntang 4,9% - 5,1%. Ini juga menjadi sentimen negatif bagi rupiah karena lebih rendah dari asumsi di APBN 2024.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi global 2024 yang diproyeksikan oleh beberapa organisasi internasional, seperti World Bank dari 2,1% menjadi 2,4%, International Monetary Fund (IMF) 3%, serta Organization Economic Cooperation and Development ( OECD ) dari 2,7% menjadi 2,9%," tutup Ibrahim.(Adhitya)

Sumber : admin