Sentimen Sinyal Dovish Fed Diimbangi Hawkish ECB, Rupiah Hanya Menguat Tipis
Tuesday, November 21, 2023       15:48 WIB

Ipotnews - Kurs rupiah ditutup menguat tipis terhadap dolar, karena ada sinyal dovish bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve dibarengi sinyal hawkish bank sentral Eropa, European Central Bank (ECB).
Mengutip data Bloomberg, Selasa (21/11) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp15.440 per dolar AS, menguat 5 poin atau 0,03% dibandingkan Senin (20/11) yang ditutup di level Rp15.445 per dolar AS.
Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan bahwa indeks dolar AS melemah hari ini. "Penguatan rupiah ditopang membaiknya sentimen aset berisiko dan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menghentikan kenaikan suku bunga acuan," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, sore ini.
Kondisi ini membuat imbal hasil obligasi AS telah jatuh ke level terendah dalam dua bulan terakhir. Perkembangan ini mengindikasikan potensi pergeseran arah kebijakan moneter the Fed.
Selain itu, data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS per Oktober yang lebih lemah dari perkiraan telah menyebabkan pelaku pasar mengantisipasi kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Fed pada awal bulan Maret 2024.
"Rilis risalah Komite Pasar Terbuka Federal ( FOMC ) sebelum Thanksgiving diperkirakan akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai pendekatan bank sentral menyusul laporan terbaru yang menunjukkan penurunan tekanan inflasi," tambah Ibrahim.
Namun di Eropa pada hari Senin kemarin, pejabat Bank Sentral Eropa (ECB), termasuk Presiden Bundesbank Joachim Nagel dan anggota Dewan Pengurus ECB Robert Holzmann, justru mengambil sikap hawkish. Ia memperingatkan terhadap pelonggaran kebijakan moneter yang prematur.
"Ini membuat ECB mungkin terus menaikkan suku bunga meskipun beberapa perkiraan mengantisipasi penurunan suku bunga," jelas Ibrahim.
Antisipasi seputar kehadiran Presiden ECB Christine Lagarde di Berlin juga membuat para pelaku pasar tetap waspada. "Karena mereka mencari panduan tambahan mengenai jalur kebijakan moneter Eropa di masa depan," tambah Ibrahim.(Adhitya)

Sumber : admin