Stimulus Amerika Diragukan, Dolar Menjauh dari Level Terendah Tujuh Pekan
Friday, October 23, 2020       05:23 WIB

Ipotnews - Indeks dolar berdetak lebih tinggi, Kamis, menjauh dari level terendah tujuh pekan karena harapan untuk paket bantuan virus korona menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat memudar.
Selain itu, melonjaknya kasus Covid-19 di seluruh dunia juga memberikan sedikit tawaran untuk aset  safe-haven  seperti dolar, demikian laporan  Reuters  dan  Xinhua,  di New York, Kamis (22/10) atau Jumat (23/10) pagi WIB.
Investor juga mencerna data terbaru klaim pengangguran AS yang menunjukkan penurunan lebih besar dari perkiraan, tetapi tetap pada level yang sangat tinggi di tengah meredupnya stimulus fiskal dan kebangkitan kembali virus korona.
Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, Kamis, mengatakan negosiasi menuju RUU bantuan yang baru membuat kemajuan dan undang-undang tersebut dapat diselesaikan "segera."
Perundingan itu bergerak menuju keraguan setelah Presiden Donald Trump mencuit Rabu malam, menuduh Partai Demokrat tidak mau mencari kompromi yang dapat diterima dan di tengah pertentangan mendalam di antara Senat Republik terhadap paket stimulus baru yang besar.
"Pasar mulai sedikit lelah bolak-balik pada perundingan stimulus," kata Joseph Trevisani, analis FXStreet.com.
"Tampaknya saat ini kedua belah pihak tidak akan memberikan cukup konsesi sehubungan dengan pemilu, yang sebenarnya masuk akal, sejauh kebutuhan mereka, untuk menyelesaikan kesepakatan."
Paket stimulus itu kemungkinan akan muncul ketika Trump berhadapan dengan saingannya dari Partai Demokrat, Joe Biden, Kamis malam, dalam debat terakhir mereka menjelang pemilu 3 November.
Indeks Dolar (Indeks DXY), ukuran  greenback  terhadap sekeranjang enam mata uang utama, terakhir menguat 0,22% menjadi 92,932, dan di atas 92,469--menandai level terendah sejak 2 September--yang dicapai pada sesi Rabu, tetapi masih diperdagangkan bolak-balik dalam kisaran yang ketat.
"Kemungkinan besar kita akan mendapatkan lebih banyak berita buruk atau setidaknya tidak ada kabar yang baik dari sekarang hingga pemilu mendorong investor keluar dari  greenback,"  kata Kathy Lien, Direktur Pelaksana BK Asset Management.
Berita bahwa Eropa mencatat lonjakan jumlah kasus virus korona ke rekor tertinggi, dengan Spanyol menjadi negara Eropa Barat pertama yang melampaui 1 juta infeksi, menambah nada kehati-hatian di pasar dunia.
Euro turun 0,35% terhadap dolar menjadi USD1,1820, setelah mencapai level tertinggi satu bulan di USD1,18805 pada sesi Rabu.
"Euro tertekan, mengingat peningkatan signifikan dalam kasus Covid-19 dan fakta bahwa ECB tidak akan punya pilihan selain menurunkan suku bunga," kata Lien.
Laporan PMI dari zona euro yang akan dirilis Jumat dapat memicu pergerakan turun yang lebih agresif pada euro, papar dia.
Setelah mencapai level tertinggi enam pekan, Rabu, di tengah optimisme Brexit, poundsterling melemah terhadap dolar AS. Pound terakhir turun 0,47% menjadi USD1,3082.
Dolar Australia turun 0,01% versus  greenback  menjadi USD0,7116, sedangkan dolar Selandia Baru naik 0,44% menjadi USD0,6680.
Di tempat lain, yuan mundur dari level tertinggi 27 bulan sehari sebelumnya di tengah tanda-tanda otoritas China semakin waspada atas kenaikan cepat mata uang tersebut baru-baru ini.
Yuan di pasar  offshore  diperdagangkan terakhir pada posisi 6,6710 per dolar.
Pada akhir perdagangan di New York, dolar AS dibeli 104,87 yen, lebih tinggi dari 104,53 yen pada sesi sebelumnya. Sementara,  greenback  naik menjadi 0,9072 franc Swiss dari 0,9046 franc Swiss, dan meningkatke level 1,3142 dolar Kanada dari 1,3130 dolar Kanada. (ef)

Sumber : Admin