Stimulus Amerika Jadi Fokus Utama, Dolar Jatuh ke Level Terendah Tujuh Pekan
Thursday, October 22, 2020       05:31 WIB

Ipotnews - Dolar menyentuh level terendah tujuh pekan terhadap sekeranjang mata uang, Rabu, setelah Presiden Donald Trump dan Ketua DPR Nancy Pelosi meningkatkan harapan untuk paket stimulus fiskal yang besar, mendorong sejumlah  trader  untuk menaikkan spekulasi pada mata uang berisiko.
Indeks Dolar (Indeks DXY), ukuran  greenback  terhadap sekeranjang enam mata uang utama, melemah 0,47% menjadi 92,605, tingkat terendah sejak 2 September, demikian laporan  Reuters  dan  Xinhua,  di New York, Rabu (21/10) atau Kamis (22/10) pagi WIB.
"Kita memasuki  bear market  sementara untuk dolar," kata Axel Merk, Presiden Merk Hard Currency Fund di Palo Alto, California.
Pelemahan  greenback  terjadi ketika Gedung Putih dan Demokrat di Kongres Amerika Serikat semakin mendekati kesepakatan paket bantuan terkait virus korona, Selasa, ketika Trump mengatakan dia bersedia menerima RUU bantuan yang besar meski ada pertentangan di dalam partainya sendiri, Republik.
Pelosi, pemimpin Demokrat, kemudian mengatakan dia optimistis tentang peluang untuk kesepakatan bantuan yang baru walau ada perlawanan dari Senat Republik. Namun, dia mengakui itu mungkin tidak akan diloloskan sampai setelah pemilu, 3 November.
Pemulihan ekonomi tidak merata dan tidak pasti serta akan membutuhkan dukungan lanjutan dari pemerintah untuk memastikannya menjadi berbasis luas dan berkelanjutan, kata Gubernur Federal Reserve Lael Brainard.
Namun, ada peluang bagus bahwa tidak ada bantuan fiskal skala besar yang akan diloloskan hingga kuartal pertama tahun depan, jika Demokrat memenangkan pemilu, kata Shaun Osborne, Kepala Strategi FX di Scotiabank, Toronto.
Dolar tergelincir ke level terendah empat minggu terhadap yen, dengan mata uang Jepang itu akan mencatatkan kenaikan satu hari terbaiknya sejak 28 Agustus.
"Saat ini, suku bunga riil di Jepang adalah yang tertinggi di antara negara-negara G10," kata Merk.
Ketika ekonomi AS berakselerasi, sesuatu yang mungkin tidak terjadi selama berbulan-bulan atau bahkan setahun, dan The Fed berkomitmen untuk mempertahankan suku bunga yang rendah, suku bunga riil AS akan turun lebih jauh, lebih cepat ketimbang negara lain, kata Merk. Dan dengan itu, dolar akan semakin tertekan.
Dolar Selandia Baru dan Australia yang lebih berisiko sama-sama menguat, dengan Kiwi melesat 1,32% dan Aussie melonjak 1,11% versus  greenback. 
Yuan China melambung, baik di pasar  offshore  maupun  onshore , didorong data terbaru yang menunjukkan pemulihan yang lebih berkelanjutan di ekonomi terbesar kedua dunia itu.
Poundsterling meroket ke level tertinggi enam pekan terhadap dolar AS setelah kepala negosiator Brexit Inggris, David Frost, mengatakan negosiasi dengan Uni Eropa akan dilanjutkan Kamis petang.
"Sterling melesat di tengah berita tersebut dan kenaikan lebih lanjut tidak dapat dikesampingkan dalam jangka pendek, meski ada kemungkinan yang berkembang bahwa suku bunga Inggris bakal menjadi negatif tahun depan dan Westminster meninggalkan rencana APBN tiga tahunnya," kata ANZ Research.
Pada akhir perdagangan di New York, euro naik menjadi USD1,1860 dari USD1,1827 di sesi sebelumnya. Sementara,  greenback  turun menjadi 0,9046 franc Swiss dari 0,9064 franc Swiss, dan menguat ke posisi 1,3130 dolar Kanada dari 1,3118 dolar Kanada. (ef)

Sumber : Admin