Tahun 2020, Vale (INCO) fokus mengontrol produksi dan biaya
Saturday, February 22, 2020       09:13 WIB

JAKARTA - PT Vale Indonesia Tbk () mengantongi pendapatan hingga US$ 782,01 juta sepanjang 2019. Angka ini naik 1% dibandingkan pendapatan di tahun 2018 yang sebesar Rp US$ 776,9 juta.
Berdasar laporan keuangannya, pendapatan tersebut dikontribusikan dari penjualan kepada VCL sebesar 79,98% atau setara US$ 625,43 juta. Sebesar US$ 156,58 juta sisanya dari hasil penjualan kepada Sumitomo Metal Mining Co.,Ltd. (SMM). Asal tahu saja, VCL merupakan pihak berelasi yang berdomisili di Kanada, sementara SMM berdomisili di Jepang.
Pertumbuhan pendapatan yang dicatatkan ditopang oleh peningkatann harga nikel di semester II tahun 2019. Adapun harga realisasi rata-rata tahun 2019 adalah US$ 10.855 per ton, 6% lebih tinggi dibandingkan harga realisasi rata-rata tahun 2019.
Berdasar keterangan yang disampaikan sebelumnya, berkat kenaikan harga ini laba sebelum pajak penghasilan ( EBIT ) di tahun 2019 menjadi US$ 89,1 juta.
" Pendapatan kami bergantung pada harga nikel dunia yang sangat fluktuatif," tambah Adi Susation, Director Finance & Control PT Vale Indonesia Tbk ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (21/2). Oleh karenanya, pada tahun 2020 akan fokus pada yang bisa dikontrol yakni produksi dan biaya.
Adapun tingkat produksi tahun ini diperkirakan sama dengan tahun 2019. Berdasar catatan Kontan.co.id, tahun lalu NICO memproduksi 71.025 metrik ton nikel atau turun 5,05% secara tahunan.
Pendapatan memang bertumbuh pada tahun 2019, akan tetapi laba bersihnya justru tertekan. Tercatat, laba periode berjalannya terkoreksi 5,14% menjadi US$ 57,40 juta dari sebelumnya US$ 60,51 juta.
Melihat kondisi ini, di tahun 2020 memasang strategi untuk efisiensi biaya. Sebab, sekitar 30% dari biaya produksinya adalah biaya energi, minyak dan batubara, yang harganya juga mengikuti harga pasar dunia. Di samping itu, terus berinovasi untuk memperbaiki proses yang ada di pabrik melalui beberapa inovasi.
Sekadar informasi, sepanjang tahun 2019 Vale Indonesia bisa menekan beban pokok pendapatannya sebesar 1%, menjadi US$ 665,5 juta dari US$ 672,9 juta di tahun 2018. Akan tetapi efisiensi ini belum bisa mengimbangi kenaikan beban di pos-pos lain, misalnya beban usaha yang naik hingga 18% menajdui US$ 13,73 juta.
Asal tahu saja, saat ini Vale Indonesia tengah membangun proyek smelter di Bahodopi dan Soroako. Adi bilang, sejauh ini proyek tersebut masih dalam tahap negosiasi dengan calon partner Join Venture (JV).
" Kami berharap negosiasi ini dapat kami selesaikan paling lambat akhir tahun ini agar kami dapat menjalankan rencana kami berikut nya," tutupnya.

Sumber : KONTAN.CO.ID