Tak Mampu Bangkit dari Kejatuhan Pekan Lalu, S&P 500 dan Nasdaq Tumbang
Tuesday, May 17, 2022       04:48 WIB

Ipotnews - S&P 500 jatuh dalam sesi perdagangan yang berombak, Senin, ketika indeks pasar yang lebih luas itu gagal pulih dari kerugian pekan lalu dan trader menimbang potensi resesi Amerika Serikat.
Indeks utama Wall Street terombang-ambing antara level tertinggi dan terendah selama sesi awal pekan ini. Dow Jones Industrial Average ditutup 26,76 poin lebih tinggi, atau 0,08%, menjadi 32.223,42, demikian laporan   CNBC ,  di New York, Senin (16/5) atau Selasa (17/5) pagi WIB.
S&P 500 turun 0,39% atau 15,88 poin menjadi 4.008,01-- setelah merosot sebanyaknya 0,99% di awal sesi. Nasdaq Composite Index ditutup anjlok 1,2% atau 142,21 poin menjadi 11.662,79.
Saham teknologi menjadi penghambat pasar Wall Street. Beberapa perusahaan  cloud  berguguran termasuk Datadog, Cloudflare dan Atlassian -- masing-masing anjlok 10,7%, 13,6%, dan 6,3%. Sementara itu, saham pabrikan kendaraan listrik Tesla merosot sekitar 5,9%.
Pergerakan itu terjadi setelah pekan yang sulit karena kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan ekonomi Amerika, kenaikan suku bunga dari Federal Reserve dan melonjaknya inflasi merusak sentimen pasar. Dow membukukan penurunan tujuh pekan berturut-turut pada sesi Jumat, terpanjang sejak 2001. S&P 500 mencatat penurunan enam minggu - terpanjang sejak 2011.
Imbal hasil US Treasury melonjak tahun ini karena The Fed memperketat kebijakan moneter untuk mencegah inflasi yang tinggi selama beberapa dekade. Imbal hasil US Treasury 10-tahun memulai tahun di kisaran 1,5%, tergelincir di bawah 2,9% pada sesi Senin dan secara singkat melampaui angka 3% awal bulan ini.
Pada gilirannya, indeks utama Wall Street jatuh jauh dari rekor tertinggi mereka. Dow dan S&P 500 masing-masing sekitar 12,8% dan 16,8%, di bawah level tertinggi sepanjang masa yang dicapai pada Januari. Nasdaq berada tepat di wilayah  bear market , menyusut sekitar 28% dari rekor November.
Yang pasti, beberapa analis meyakini bahwa penurunan tersebut akan segera menunjukkan  entry point  yang menarik bagi indeks pasar yang lebih luas, berdasarkan perspektif jangka panjang.
"S&P 500 dengan cepat mendekati level yang, secara historis, mengindikasikan bahwa kekhawatiran pertumbuhan di masa depan diperhitungkan," papar analis Citi, Scott Chronert.
Sementara itu, analis RBC Capital Markets mengatakan S&P 500 berada di persimpangan jalan karena berjuang untuk menemukan titik terendah. Jika indeks pasar yang lebih luas itu bertahan di 3.850 - angka yang mendekati level intraday terendah yang hampir ditembus S&P 500 minggu lalu - analis meyakini bahwa saham cocok dengan penurunan akhir 2018.
Energi memimpin kenaikan di S&P 500, dengan sektor itu reli 2,6%. Occidental Petroleum adalah saham energi berkinerja terbaik, Senin, melambung hampir 5,7%. Marathon Oil, sementara itu, melesat 3,6%. Keuntungan itu datang ketika harga minyak WTI melonjak sekitar 3% di tengah spekulasi bahwa China akan dapat pulih dari perlambatan ekonomi yang disebabkan penguncian Covid.
Kinerja luar biasa lainnya pada sesi Senin termasuk saham  health-care . Saham Eli Lilly melejit hampir 2,7% setelah Moujaro disetujui Food and Drug Administration untuk mengobati diabetes tipe 2. Obat itu juga sedang diselidiki untuk potensi penggunaan dalam pengobatan obesitas dan kelebihan berat badan. Harga saham Pfizer melonjak 1,5%, harga saham AbbVie naik hampir 1,3%.
Di tempat lain, saham Spirit Airlines meroket 13,5% setelah JetBlue mengumumkan penawaran tender untuk mengakuisisi maskapai itu seharga USD30 per saham. (ef)

Sumber : Admin