Tantangan Perencanaan Pendapatan Pada Masa Pensiun: Kendala Pengeluaran Yang Nyata (2)
Thursday, February 23, 2023       18:43 WIB

Pada artikel sebelumnya yang berjudul Tantangan Perencanaan Pendapatan Pada Masa Pensiun: Berkurangnya Kemampuan Memperoleh Penghasilan (1), kita telah membahas bahwa pada masa pensiun, pensiunan menghadapi masalah pertama yakni  berkurangnya kemampuan memperoleh penghasilan .
Berkurangnya kemampuan ini akan berakibat pada menurunnya kapasitas resiko pensiunan, yaitu kemampuan pensiunan untuk menyikapi penurunan nilai investasinya pada masa pensiun.
Pada artikel kali ini kita masih berbicara tentang tantangan perencanaan pendapatan pada masa pensiun, yaitu kendala pengeluaran yang nyata ( visible spending constraint ) pada masa pensiun.
Pada masa sebelum pensiun, dana pensiun dapat dianggap sebagai sarana menabung atau berinvestasi untuk mengumpulkan dana bagi tujuan membiayai hari tua yang masih sangat jauh terjadi ( non-visible ).
Tetapi, pada masa setelah pensiun, orang harus mencoba untuk menciptakan aliran pendapatan dari aset-aset yang ada. Hal ini merupakan suatu kendala yang nyata ( visible constraint ) yang harus disadari oleh setiap orang yang ingin membuat perencanaan pendapatan pada masa pensiun ( retirement income planning ).
Mengambil distribusi pendapatan dari portfolio yang ada akan menambah resiko investasi (misalnya  market volatility risk ), yang tidak dapat diatasi hanya dengan mengatakan bahwa imbal hasil ( return ) pasar saham dalam jangka panjang adalah, misalnya, lima belas persen per tahun dan kita hanya mengambil distribusi penghasilan ( income ) sebesar sepuluh persen saja, atau kurang dari pendapatan investasi kita selama setahun.
Catatan: sebagian besar keuntungan dari investasi saham berasal dari kenaikan harga saham ( capital gain ) dan hanya sebagian kecil saja yang berasal dari pembagian keuntungan ( deviden ).
Misalkan portfolio dana pensiun kita ada di saham-saham dan kita akan mengambil sebagian saja sebagai sumber penghasilan ( income ) kita pada masa pensiun. Di sini, urutan terjadinya naik atau turun harga saham menjadi relevan.
Misalkan pada saat distribusi penghasilan ( income ) dilakukan, pasar saham sedang lesu ( bearish ), dan investasi kita mengalami  potential loss . Jika distribusi penghasilan tetap dilakukan pada kondisi pasar saham yang sedang lesu ( bearish ), maka jumlah investasi yang harus dicairkan menjadi lebih besar dari seharusnya.
Kalau tadinya kita hanya berniat mengambil distribusi penghasilan sebesar sepuluh persen, yang berasal dari kenaikan harga saham-saham ( capital gain ), maka karena pasar saham sedang lesu, kita terpaksa mencairkan lebih banyak saham.
Akibatnya, bahkan ketika kemudian pasar saham kembali bergairah ( bullish ), jumlah saham yang kita miliki yang bisa menikmati kenaikan harga itu telah berkurang banyak.
Sulit sekali bagi seorang pensiunan untuk mengurangi pengeluaran karena kondisi pasar yang buruk. Dari tujuan investasi selama masa pensiun, yaitu 4L ( lifestyle, longevity, liquidity, leg a cy ), tujuan investasi yang paling mendesak (yaitu paling sulit untuk dikompromikan) adalah gaya hidup ( lifestyle ).
Kerugian investasi pada portfolio dalam masa pensiun dapat memberikan pengaruh signifikan pada gaya hidup pensiunan, dan harus sungguh-sungguh diperhatikan. Bahkan seseorang yang memiliki toleransi resikorisk tolerance ) yang besar (kesediaan atau  willingness  untuk menanggung resiko investasi yang besar sehingga, jika resiko itu terjadi, tidak akan banyak berpengaruh terhadap gaya hidupnya) akan dibatasi oleh kapasitas resikonyarisk capacity ).
Kapasitas resiko adalah kemampuan atau kapasitas orang untuk menanggung resiko investasi, apabila resiko itu terjadi, sehingga tidak banyak berpengaruh terhadap gaya hidupnya.
Kita sudah tahu dari artikel sebelumnya, bahwa selama masa pensiun, kapasitas resiko orang akan mengalami penurunan yang signifikan. Penyebabnya adalah karena berkurangnya kemampuan seorang pensiunan untuk memperoleh penghasilan dalam masa pensiun.
Seorang pensiunan umumnya sulit untuk masuk kembali ke dunia kerja dan bersaing dengan angkatan kerja yang berusia muda (dan bersedia dibayar lebih murah). Kesulitan untuk masuk kembali ke dunia kerja akan membuat pensiunan mengalami penurunan kemampuan memperoleh penghasilan.
Penurunan kemampuan memperoleh penghasilan ini selanjutnya akan menurunkan kapasitas resiko (kemampuan menanggung resiko) pensiunan, sekali pun pensiunan itu memiliki toleransi resiko (kesediaan atau willingness untuk menanggung resiko) yang besar.
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS