Tekanan Eksternal Mulai Meresap … Portofolio yang Seimbang Bisa Bermanfaat - Ashmore
Sunday, July 03, 2022       16:27 WIB

Ipotnews - Bursa saham Indonesia mengakhiri sesi perdagangan pekan terakhir Juni, Jumat (1/7) dengan mencatatkan kejatuhan IHSG sebesar 1,70% ke level 6.794, turun tajam dari sesi penutupan akhir pekan sebelumnya di posisi 7.043. Investor asing membukukan  outflow  ekuitas sebesar USD261 juta dalam seminggu terakhir.
PT Ashmore Asset Management Indonesia, mencatat beberapa peristiwa yang mempengaruhi pergerakan dana di pasar modal dalam dan luar negeri, antara lain;
Ketua Federal Reserve Jerome Powell menegaskan kembali komitmen The Fed untuk melakukan apa pun demi mengendalikan inflasi yang tinggi, dan menegaskan risiko yang lebih besar adalah gagal memulihkan stabilitas harga. Beberapa pejabat The Fed telah mengadvokasi kenaikan suku bunga yang cepat untuk membawa inflasi kembali ke target 2%, dengan ekspektasi kenaikan 75bps atau 50bps pada Juli ini.
Pidato Presiden Lagarde di forum tahunan ECB di Portugal menyebutkan, ECB akan melanjutkan normalisasi kebijakannya untuk membawa inflasi Kawasan Euro kembali ke target 2%. Ia mengkonfirmasi bahwa pembelian aset bersih akan berakhir pada 1 Juli dan suku bunga akan dinaikkan sebesar 25bps juga pada Juli.
Indikator Iklim Konsumen GfK di Jerman turun ke rekor terendah baru di -27,4 menjelang Juli 2022 dari revisi naik -26,2 pada Juni, dan dibandingkan dengan perkiraan pasar di -27,7.
PMI Manufaktur Umum Caixin China naik ke 51,7 pada Juni 2022 dari 48,1 pada Mei, melampaui perkiraan pasar 50,1, ekspansi pertama sejak Februari dan laju tertajam sejak Mei 2021, di tengah pelonggaran tindakan penguncian dan pengendalian COVID-19.
Rapat Juni Bank of Japan mempertahankan suku bunga jangka pendek utamanya tidak berubah pada -0,1% dan untuk obligasi 10-tahun imbal hasil sekitar 0% selama,sesuai ekspetasi.
Laju inflasi tahunan Indonesia meningkat menjadi 4,35% pada Juni 2022 dari 3,55% pada Mei, di atas konsensus pasar sebesar 4,17% dan melampaui kisaran target bank sentral 2 hingga 4%, tertinggi sejak Juni 2017.
Memperhatikan perkembangan selama sepekan terakhir, berikut pendapat Ashmore dalam  Weekly Commentary , Jumat (1/7):
Review pertengahan tahun
Menurut Ashmore, Indonesia telah menjadi salah satu negara dengan kinerja terbaik pada paruh pertama tahun 2022 di kelas aset ekuitas karena kondisi ekonomi makro yang stabil, didukung harga komoditas dan neraca yang lebih sehat. "Saat kita memulai paruh kedua tahun ini, kami menemukan kemungkinan bahwa tekanan eksternal akan mulai meresap ke dalam lintasan pertumbuhan," tulis Ashmore.
Ashmore menambahkan, pada saat ini, perusahaan-perusahaan Indonesia masih melaporkan profitabilitas yang cukup kuat (jika tidak membaik dalam kasus komoditas) dan ini terdiri dari perusahaan-perusahaan  blue chip  yang menguasai sebagian besar indeks.
Namun ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
 Pertama , Fed masih sangat  hawkish .
Inflasi AS mungkin sudah mulai mereda setidaknya di 22 Mei, namun secara struktural IHK AS mungkin masih melihat tekanan harga dan oleh karena itu The Fed masih dalam jalur pengetatan yang agresif. Konsensus memperkirakan bahwa suku bunga dana The Fed akan meningkat 150bp pada akhir 2023, meninggalkan lebih banyak tekanan pada aset, terkait imbal hasil.
 Kedua , perang Rusia-Ukraina tidak terlihat mereda.
"Ini menunjukkan bahwa krisis sumber daya dan energi yang dipicu oleh penutupan gas Rusia ke Eropa mungkin akan segera terjadi. Oleh karena itu risiko pada komoditas, inflasi dan pasar tetap tinggi," ungkap Ashmore.
 Ketiga , China telah membuka kembali ekonominya dengan melanjutkan kasus nol Covid dan melonggarkan pengunciannya. China saat ini menghadapi peningkatan angka pengangguran karena kebijakan nol covid yang ketat dan telah mempengaruhi kegiatan ekonomi dan merugikan pasar kerja.
"Meskipun ini adalah kabar baik dan pasar telah meresponsnya, Pemerintah China telah menyarankan bahwa mereka tidak akan menghindar dari melakukan penguncian lagi untuk lonjakan kasus positif," papar Ashmore.
Bagaimana cara berinvestasi untuk sisa tahun ini?
Ashmore menyebutkan, saat ini adalah waktu yang tepat (jika tidak pernah) untuk meninjau kembali portofolio dan melihat apakah perlu menyeimbangkan kembali alokasi. "Strategi ekuitas kami juga telah bergerak dari aset  growth  menuju  value  karena kami melihat pertumbuhan EPS yang paling cepat telah terjadi. Sementara itu kami tetap  underweight  dalam durasi untuk dana obligasi," tulis Ashmore.
"Saran kami di 1H adalah untuk  overweight  dalam ekuitas dan  underweight  dalam obligasi, sementara ini tetap berlaku untuk jangka panjang. Kami merekomendasikan bahwa dalam jangka pendek, portofolio yang seimbang dapat bermanfaat untuk pemulihan yang lebih cepat dan aset-aset yang lebih berfokus pada  value . (Ashmore)

Sumber : admin