Tenggat Utang Evergrande Terlampaui, Pemegang Obligasi Belum Terima Pembayaran
Friday, September 24, 2021       16:51 WIB

Ipotnews - Pengembang properti China Evergrande Group menghadapi ancaman  default  pembayaran kupon luar negeri senilai USD84 juta. Investor dalam obligasi lepas global Evergrande mengatakan mereka belum menerima pembayaran bunga selewat tengat telah jatuh tempo.
Kewajiban pembayaran USD83,5 juta memiliki batas waktu Kamis tengah malam di New York atau Jumat siang (24/9) di Asia. Laman Financial Times melaporkan, dua orang yang mengetahui langsung masalah tersebut mengatakan bahwa tidak ada pembayaran yang diterima pada hari Jumat di Hong Kong.
Evergrande, yang belum membuat pernyataan tentang pembayaran, memiliki masa tenggang 30 hari sebelum kegagalan membayar secara resmi dinyatakan  default .
Evergrande diperka penguirakan akan gagal bayar selama berminggu-minggu, berada di tengah badai sektor properti China secara luas karena pemerintah berusaha untuk memangkas utang yang berlebihan. Para investor mempertimbangkan implikasi dari perlambatan di industri real estat yang telah menopang pertumbuhan ekonomi China selama beberapa dekade.
Batas waktu pembayaran Evergrande berlalu karena banyak tanda-tanda stres yang muncul di sektor properti China. Dalam sebuah surat kepada pemerintah kota Shaoxing di provinsi Zhejiang timur, kantor pengembang lokal Sunac China meminta "bantuan kebijakan" karena sedang berjuang melalui apa yang disebutnya "titik balik dalam industri real estat China," tulis Financial Times mengutip surat tersebut.
"Kami belum pernah mengalami perubahan radikal seperti itu di lingkungan eksternal," kata kantor Shaoxing Sunac, menunjuk pada penurunan penjualan rumah sebesar 60 persen dibanding tahun sebelumnya selama musim panas tahun ini.
"Pasar hampir beku," tambahnya dalam surat itu. "Perubahan radikal dalam kebijakan dan lingkungan telah sangat mengganggu bisnis kami dan membuatnya sangat sulit untuk mempertahankan operasi normal."
Pemegang saham terbesar kedua Evergrande, pengembang Hong Kong Chinese Estates Holdings, menyatakan telah menjual 6,5 persen sahamnya di grup dan menyadari akan mengalami kerugian besar.
Pemerintah kota di provinsi Anhui tengah juga mengumumkan bahwa mereka mengklaim kembali sebidang tanah di mana Evergrande telah melewatkan tenggat pembayaran.
Evergrande menghadapi kewajiban total lebih dari USD300 miliar, dan pada Agustus lalu memperingatkan tentang risiko gagal bayar setelah teguran publik yang jarang terjadi dari Beijing.
Penurunan harga surat utangnya mendorong imbal hasil lebih tinggi di pasar obligasi berimbal hasil tinggi di Asia bernilai USD400 miliar, di mana Evergrande adalah salah satu peminjam terbesar.
Harga obligasi berdenominasi dolar Evergrande yang jatuh tempo Jumat ini anjlok karena investor mengantisipasi pembayaran yang terlewat dan akan memulai proses restrukturisasi terbesar dalam sejarah keuangan China. Surat utang perusahaan itu, yang akan jatuh tempo tahun depan, saat ini diperdagangkan seharga USD0,33 dolar.
Banyak obligasi dolar Evergrande yang diperdagangkan sekitar 30 sen dolar pada hari Jumat, yang menandakan besarnya tekanan yang dihadapi. Sementara itu harga saham perusahaan yang terdaftar di Hong Kong itu rontok 13,5 persen pada Kamis kemarin, terpenggal lebih dari 80 persen sepanjang tahun ini. Saham anak perusahaan Evergrande di bisnis kendaraan listrik ikut longsor sebanyak 22,7 persen.
"Apakah itu dibayar atau tidak, tidak sedikitpun akan mengubah ketidakpastian," kata Michel Lwy, kepala eksekutif SC Lowy, grup investasi yang berbasis di Hong Kong. "[Kecuali ada] beberapa bentuk intervensi pusat dan likuiditas signifikan [ditambahkan] ke grup, harus ada restrukturisasi." (Financial Times)

Sumber : admin