Teori Perilaku Keuangan
Friday, July 27, 2012       19:25 WIB

Sulit untuk tidak berpikir bahwa pasar saham adalah seorang manusia: mempunyai  mood  yang dapat berubah dari pemarah menjadi gembira; juga bisa bereaksi terburu-buru pada satu hari dan menebusnya keesokan harinya. Tapi apakah teori psikologi benar-benar membantu kita memahami pasar finansial? Apakah akan memberikan strategi memilih saham kepada kita? Ahli teori perilaku keuangan berpendapat, hal itu akan dimungkinkan.
Prinsip dan penemuan teori perilaku keuangan
Studi ini berpendapat bahwa masyarakat nyaris tak bersikap rasional sebagaimana yang dibuat dalam teori keuangan tradisional. Bagi investor yang tertarik tentang bagaimana emosi dan bias mendorong harga-harga saham, perilaku keuangan menawarkan deskripsi dan penjelasan yang menarik.
Ide bahwa psikologi mendorong pergerakan pasar saham mengusik teori-teori mapan yang menyatakan bahwa pasar adalah efisien. Para pendukung hipotesis pasar yang efisien mengatakan bahwa setiap informasi yang relevan dengan nilai perusahaan akan cepat diberi harga oleh pasar melalui proses arbitrase.
Setiap orang yang pernah mengalami masa gelembung internet yang berlanjut dengan  crash , akan sangat sulit untuk menerima teori pasar yang efisien. Penganut teori perilaku menjelaskan bahwa perilaku irasional adalah persoalan yang umum, bukan anomali. Pada kenyataannya, para periset secara teratur mereproduksi perilaku pasar dengan menggunakan eksperimen sangat sederhana.
 Pentingnya kerugian versus makna keuntungan 
Perhatikan eksperimen berikut: tawarkan pilihan kepada sesorang untuk memilih 50 dolar atau, memilih sisi koin dengan kemungkinan menang 100 dolar atau tidak sama sekali. Kemungkinanannya orang akan memilih mengantungi yang sudah pasti. Sebaliknya, tawarkan pilihan merugi 50 dolar atau, memilih sisi koin dengan kerugian 100 dolar atau tidak sama sekali. Kemungkinan orang akan mengambil undi. Peluang hasil koin akan ekuivalen untuk masing-masing skenario. Meskipun demikian orang akan memilih melempar koin untuk menyelamatkan mereka dari kerugian, bahkan lemparan koin bisa menyebabkan kerugian yang lebih besar. Orang cenderung memandang kemungkinan mengurangi kerugian lebih penting daripada kemungkinan mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Prioritas menghindari kerugian juga terjadi pada investor. Perhatikan kasus pemilik saham Nortel Networks yang menyaksikan nilai saham mereka meluncur dari lebih 100 dolar per saham pada awal tahun 2000, menjadi kurang dari 2 dolar. Tak peduli seberapa rendah harga turun, para investor, yang meyakini bahwa harga akan kembali lagi, sering mempertahankan sahamnya.
 Gerombolan versus pemain tunggal 
Perilaku gerombolan menjelaskan mengapa orang cenderung meniru lainnya. Ketika pasar bergerak naik atau turun, investor mengkhawatirkan bahwa pihak lain mengetahui atau mempunyai informasi lebih banyak. Konsekuensinya, investor merasakan dorongan kuat untuk melakukan apa yang dilakukan orang lain.
Teori perilaku keuangan juga menemukan bahwa investor cenderung terlalu banyak membuat penilaian berdasarkan sejumlah kecil data atau dari satu sumber. Misalnya, investor dikenal lebih menghargai keterampilan ketimbang keberuntungan analis yang memilih saham pemenang.
Sebaliknya, keyakinan investor tak mudah digoyahkan. Hingga akhir 1990-an, investor berkeyakinan kuat bahwa penurunan pasar secara tiba-tiba adalah waktu yang tepat untuk membeli. Tentu saja pandangan tersebut masih berlangsung. Investor seringkali terlalu meyakini penilaian mereka dan cenderung untuk menerkam satu cerita detil ketimbang cerita besar yang lebih jelas.
Seberapa praktiskah teori perilaku keuangan?
Kita bisa bertanya pada diri kita sendiri, jika studi-studi berikut dapat membantu investor mengalahkan pasar. Secara keseluruhan, kurangnya rasionalitas seharusnya banyak memberikan peluang keuntungan bagi investor bijak. Pada prakteknya, hanya sedikit saja  value investor  yang menerapkan prinsip-prinsip teori perilaku untuk memilah saham-saham murah yang menawarkan keuntungan yang dapat disimpan di bank. Dampak dari riset perilaku keuangan masih tetap lebih besar secara akademis ketimbang dalam praktek pengelolaan uang.
Meskipun mengarah pada berbagai kekurangan rasional, studi ini menawarkan sedikit solusi yang dapat menghasilkan uang dari pasar. Robert Shiller, penulis "Irrational Exuberance" (2000), menunjukkan bahwa pada akhir 1990-an, pasar berada pada ketebalan gelembung. Namun ia tak dapat mengatakan kapan gelembung itu akan pecah. Demikian pula, penganut perilaku pasar hari ini tak dapat mengatakan kapan pasar mencapai dasarnya. Kendati demikian mereka dapat menggambarkan akan seperti apa kelihatannya.
Kesimpulan
Penganut teori perilaku ( behavioralists ) telah memasuki model yang lebih utuh yang dapat pemprediksikan masa depan ketimbang hanya menjelaskan, dengan memanfaatkan masa lalu, apa yang dilakukan pasar sebelumnya. Pelajaran terpenting adalah bahwa teori ini tidak menjelaskan bagaimana orang lain bertransaksi di pasar. Melainkan, teori ini mengatakan kepada kita bahwa psikologi menyebabkan penyimpangan harga pasar dan nilai fundamental.
Teori perilaku keuangan tidak menawarkan keajaiban investasi, tapi dapat membantu investor melatih dirinya bagaimana mewaspadai perilaku mereka sendiri. Pada gilirannya, menghindari kesalahan yang akan mengurangi kekayaan pribadi mereka.
Sumber :  www.investopedia.com 

Sumber : INVESTOPEDIA.COM