The Fed Kembali Beri Sinyal Hawkish, Rupiah Diprediksi Melemah
Wednesday, May 08, 2024       09:26 WIB

Ipotnews - Salah seorang pejabat bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve kembali mengeluarkan sinyal cenderung hawkish tadi malam, membuat kurs rupiah diprediksi melemah terhadap dolar hari ini.
Mengutip data Bloomberg pada Rabu (8/5) pukul 09.18 WIB, kurs rupiah sedang diperdagangkan di level Rp16.092 per dolar AS, melemah 46 poin atau 0,29% dibandingkan Selasa sore (7/5) di level Rp16.046 per dolar AS.
Pengamat pasar keuangan Ariston Tjendra mengatakan rupiah mungkin bisa bergerak melemah lagi hari ini terhadap dolar AS. Indeks dollar AS terlihat rebound setelah mengalami tekanan pasca pengumuman rapat moneter the Fed dan data tenaga kerja AS yang lebih buruk dari ekspektasi.
"Indeks dollar AS sebelumnya tertekan ke area 105,05 dan sekarang sudah berada di kisaran 105,50," kata Ariston dalam keterangan tertulis, Ariston dalam keterangan tertulis, Rabu (8/5).
Penguatan dolar AS ini bisa karena sikap the Fed yang masih akan menunda pemangkasan suku bunga acuannya, menunggu data inflasi AS benar-benar turun. "Pelaku pasar menantikan data ekonomi baru AS untuk memastikan hal ini," ujar Ariston.
Tadi malam, Gubernur Federal Reserve Bank of Minneapolis, Neel Kashkari mengatakan kemungkinan besar bank sentral akan mempertahankan suku bunga di tempatnya untuk jangka waktu yang lama hingga para pejabat yakin inflasi berada di jalur yang sesuai dengan target mereka.
Dalam sebuah esai yang diterbitkan pada Selasa malam, Gubernur Fed Minneapolis mengatakan data inflasi baru-baru ini menimbulkan pertanyaan tentang apakah kebijakan moneter cukup ketat untuk mengembalikan inflasi sepenuhnya ke level 2%, yang dilihat oleh para pembuat kebijakan sebagai titik manis dalam ekonomi yang sehat.
"Skenario yang paling mungkin adalah kita duduk di sini untuk jangka waktu yang lama.Jika inflasi mulai turun kembali atau kita melihat beberapa pelemahan yang nyata di pasar tenaga kerja, maka hal ini dapat menyebabkan kita menurunkan suku bunga," katanya pada Selasa di Milken Institute Global Conference, dikutip dari Bloomberg.
"Atau jika kami yakin pada akhirnya bahwa inflasi sudah tertanam atau bercokol di 3% dan kami perlu menaikkan suku bunga, kami akan melakukannya jika diperlukan," tambah Neel.
Para pejabat the Fed telah mempertahankan suku bunga acuan tidak berubah sejak pertemuan mereka di Juli 2023. Data inflasi yang lebih kuat dari perkiraan telah membuat para pejabat tidak menurunkan Fed Fund Rates dari level tertinggi sejak 2001. Investor sekarang memperkirakan hanya terjadi satu kali pemangkasan tahun ini, dari proyeksi sebanyak enam kali yang terlihat pada awal 2024.
Selain itu, konflik di Timur Tengah dimana Israel menyerang area baru di Gaza mungkin memicu kekhawatiran pelaku pasar sehingga sebagian pelaku pasar mencari aset aman di dolar AS. "Potensi pelemahan hari ini ke arah Rp16.100 per dolar AS, dengan potensi support di sekitar Rp16.000 per dolar AS," pungkas Ariston.(Adhitya)

Sumber : admin