Timur Tengah Tegang Lagi, Minyak Menguat untuk Sesi Ketiga Beruntun
Thursday, May 16, 2019       14:13 WIB

Ipotnews - Harga minyak didorong lebih tinggi, Kamis, untuk hari ketiga berturut-turut, karena kekhawatiran gangguan pasokan di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah mengimbangi lonjakan stok Amerika.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, berada di posisi USD72,18 per barel pada pukul 13.12 WIB, naik 41 sen, atau 0,6 persen, dari penutupan terakhir, demikian laporan  Reuters , di Tokyo, Kamis (16/5). Brent ditutup menguat 0,7 persen pada sesi Rabu.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), meningkat 38 sen atau 0,6 persen menjadi USD62,40 per barel. WTI ditutup naik 0,4 persen di sesi terakhir.
Analis mengatakan minyak mendapat dukungan dari risiko konflik di Timur Tengah, dengan helikopter mengungsikan staf AS dari Kedutaan Amerika di Baghdad, Rabu, karena kekhawatiran tentang ancaman dari Iran.
Namun kenaikan dalam persediaan AS tadi malam turut membatasi harga, begitu pula ketidakpastian tentang apakah OPEC dan produsen lain akan mempertahankan kesepakatan pemotongan pasokan hingga semester kedua tahun ini, yang telah mendorong harga melonjak lebih dari 30 persen sepanjang tahun ini.
Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ), Selasa, mengatakan permintaan dunia terhadap minyaknya akan lebih tinggi dari perkiraan pada tahun ini.
"Meski gangguan sisi penawaran tetap mendukung harga minyak, OPEC belum merilis pernyataan indikatif tentang rencana pasokan," kata Benjamin Lu, analis Phillip Futures di Singapura.
Penyusutan pasokan dari anggota OPEC , Iran dan Venezuela, sekarang berada di bawah sanksi AS, memperdalam dampak pembatasan produksi yang dipimpin OPEC .
Kelompok produsen OPEC +, yang mencakup Rusia, bertemu bulan depan untuk meninjau apakah akan mempertahankan pakta tersebut setelah Juni.
Stok minyak mentah AS di luar dugaan melesat pekan lalu ke level tertinggi sejak September 2017, meningkat 5,4 juta barel dan mengejutkan analis, yang memperkirakan penurunan 800.000 barel, kata Badan Informasi Energi (EIA).
Akhir bulan ini, keringanan AS yang memungkinkan beberapa negara membeli minyak Iran setelah penerapan kembali sanksi Washington mendorong Teheran untuk melonggarkan pembatasan pada program nuklirnya dan mengancam tindakan yang dapat melanggar kesepakatan nuklir 2015 itu.
Tetapi Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, di Tokyo, mengatakan negara itu berkomitmen terhadap kewajibannya di bawah kesepakatan tersebut dan sedang melakukan "pengekangan maksimal."
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan kepada Zarif dalam sebuah pertemuan bahwa dia prihatin dengan situasi di Timur Tengah yang belakangan "menjadi sangat tegang".
Serangan terhadap empat kapal tanker minyak di Teluk, Minggu, tidak ada yang mengklaim bertanggung jawab, dan pengumuman Arab Saudi bahwa  drone  bersenjata menabrak dua stasiun pompa minyaknya menambah kekhawatiran. (ef)

Sumber : Admin