Ipotnews - PT Nippon Indosari Corpindo Tbk () membukukan laba bersih Rp 101 miliar pada semester pertama 2019 (1H19) atau naik 1,5 kali (150%) secara tahunan (YoY).. Pada periode 1H18, laba bersih tercatat Rp40 miliar.
Pencapaian laba bersih ini di bawah estimasi konsensus para analis (hanya 47 persen). Kuatnya kinerja laba pada 1H19 dapat dijelaskan karena 2 faktor. Pertama tingkat retur yang turun jadi sebesar 13,6 persen pada kuartal kedua 2019 (2Q19) dibandingkan dengan periode 2Q18 yang sebesar 20 persen dan telah bertahan selama 4 kaurtal terakhir yang mana puncaknya pada periode 2Q18.
Faktor kedua penjualan kotor naik 19 persen (YoY) menjadi Rp921 miliar dan penjualan bersih naik 29% (YoY) menjadi 795 miliar di periode 2Q19.
Analis Indo Premier Sekuritas, Willy Goutama menilai kedua temuan tersebut, menunjukkan kinerja top line yang telah normal. Menurutnya secara kuartalan, laba bersih pada 2Q19 sebesar Rp37 miliar
Market Baru
Faktor kejutan lain bersumber dari penjualan bersih kuartalan yang sangat mendatar pada periode 2Q19 (+0,5 persen QoQ). Hasil ini berlawanan dengan pola musiman kuartalan pada setiap kuartal kedua tiap tahun.
"Tetapi tetap harus hati-hati terhadap keberlanjutan tren ini," demikian menurut analis Indo Premier tersebut seperti dikutip dari risetnya yang dirilis, Rabu (24/7).
Pencermatan lebih dekat pada penjualan membuktikan produk inti (roti tawar dan manis) mencetak pertumbuhan yang datar pada 2Q19 (+1% QoQ). Sedangkan penjualan di kawasan Barat naik 11 persen (QoQ) dan 41 persen (YoY). Area Timur tumbuh 2 persen (YoY) dan 8x (YoY).
Pasar kawasan Timur terlihat intensif menghadirkan produk seiring operasional secara komersil pabrik di Gresik dan Balikpapan dengan kapasitas utiliti penuh (pada bulan pertama operasional). Indikasi awal implikasi ini bahwa produk diterima secara baik.
Biaya Logistik
Biaya produksi tercatat naik menjadi Rp721 miliar pada 1H19 atau naik 20 persen (YoY) dibandingkan dengan periode 1H!18 yang naik hanya 3 persen. Biaya produksi ini diawali dengan kenaikan harga bahan baku (+27 persen) karena faktor kenaikan volume produksi pada penjualan 1H19 (naik 24 persen YoY).
Di sisi lain, beban operasional tercatat sebesar Rp784 miliar (naik 18 persen YoY) pada 1H19 . "Kekhawatiran berlanjut terkait kenaikan biaya logistik yang terus menerus pasca penerapan pengiriman produk berbasis algoritma," kata Willy menambahkan. Biaya logistik terlihat belum terjadi sebelumnya, naik 10,1 persen pada 2Q19 dan secara kumulatif sebesar 9,5 persen pada 1H19.
Valuasi
Tingkat retur diperkirakan sebesar 13 persen dari sebelumnya 15 persen menyusul pemulihan yang berkaitan dengan variabel selama 4 kuartal terakhir. Selain itu diperkirakan asumsi risk free risk turun menjadi 7,5 persen dari sebelumnya 8 persen seiring turunnya yield obligasi acuan tenor 10 tahun menjadi 7,1 persen.
Dengan demikian, target price (TP) naik menjadi Rp1.200 per saham dari sebelumnya Rp910 per saham dengan rekomendasi Hold. Prospek tingkat retur yang rendah diperkirakan berlanjut. Begitu juga pertumbuhan penjualan akan solid dan harga tepung yang turun 3 persen pada 2H19.
Menurut Indo Premier, TP tersebut merefleksikan target P/E sebesar 36 kali sesuai dengan rata-rata P/E secara histories 7 tahun.
(Riset Indo Premier Sekuritas)
Year To 31 Dec | 2017A | 2018A | 2019F | 2020F | 2021F |
Revenue(RpBn) | 2,491 | 2,767 | 3,245 | 3,639 | 4,070 |
EBITDA(RpBn) | 328 | 277 | 288 | 368 | 490 |
EBITDA Growth (%) | -34.6 | -15.5 | 4 | 27.7 | 32.9 |
Net Profit(RpBn) | 146 | 173 | 205 | 282 | 364 |
EPS (Rp) | 28 | 28 | 33 | 46 | 59 |
EPS Growth (%) | -50.1 | 1.5 | 18.5 | 37.8 | 29.2 |
Net Gearing (%) | -27.6 | -25.8 | -28.6 | -22.3 | -20.1 |
PER (x) | 59.4 | 57.4 | 38.8 | 28.2 | 24.9 |
PBV (x) | 2.4 | 2.7 | 2.6 | 2.5 | 2.3 |
Dividend Yield (%) | 0.5 | 0.5 | 0.6 | 0.6 | 0.6 |
EV/EBITDA (x) | 22.8 | 26.2 | 25.2 | 19.8 | 15.4 |
Source: , Indo Premier ; Share Price Closing as of : 23 July 2019 |
Sumber : admin