Trump Usul Penundaan Pilpres Amerika, Kejatuhan "Greenback" Berlanjut
Friday, July 31, 2020       05:02 WIB

Ipotnews - Dolar AS melanjutkan kejatuhan baru-baru ini, Kamis, setelah Presiden Donald Trump meningkatkan kemungkinan menunda pemilihan presiden November, sementara euro menembus level tertinggi dua tahun.
Trump mengulangi klaim penipuan pemilih melalui surat, mencuit di Twitter "menunda pemilu sampai semua orang dapat memilih dengan tepat, aman dan aman???"
Komentar tersebut membalikkan penguatan dolar di awal sesi, demikian laporan  Reuters  dan  Xinhua,  di New York, Kamis (30/7) atau Jumat (31/7) pagi WIB.
"Segala bentuk ketidakpastian Amerika Serikat, apakah ekonomi atau politik, adalah alasan untuk menekan tombol jual dolar AS," kata Joe Manimbo, analis Western Union Business Solutions di Washington.
Dolar menukik dalam sebulan terakhir sejak berlanjutnya penyebaran virus korona di seluruh negara bagian Amerika membebani perekonomian, dan kini  greenback  berada di jalur untuk mencatat kinerja bulanan terburuk dalam satu dekade.
Data yang dirilis Kamis menunjukkan ekonomi Amerika mengalami kontraksi sebesar 32,9% pada kuartal kedua, laju paling curam sejak Great Depression.
Dalam laporan terpisah, Departemen Tenaga Kerja mengatakan klaim awal untuk tunjangan pengangguran meningkat 12.000 menjadi 1.434 juta yang disesuaikan secara musiman, pada pekan yang berakhir hingga 25 Juli. Sebanyak 30,2 juta warga Amerika menerima tunjangan pengangguran dalam pekan yang berakhir 11 Juli.
"Klaim tersebut memberi tahu kita bahwa pemulihan sudah mulai surut," kata Manimbo.
Indeks Dolar (Indeks DXY), ukuran  greenback  terhadap sekeranjang enam mata uang utama, terakhir turun 0,38% menjadi 92,995. Indeks tersebut berada di jalur penurunan sekitar 4,5% bulan ini, yang akan menjadi kinerja bulanan terburuk sejak September 2010.
Euro naik menjadi USD1,1844 terhadap dolar, level tertinggi sejak Juni 2018, dan terakhir di posisi USD1,1840, menguat 0,4% pada hari itu.
Mata uang tunggal itu sempat tertekan di awal perdagangan sesi Kamis setelah data menunjukkan ekonomi Jerman mengalami kontraksi 10,1%, lebih buruk dari ekspektasi, pada kuartal kedua, rekor kejatuhan paling tajam.
Poundsterling menguat jadi USD1,3091, tingkat tertinggi sejak Maret, dan terakhir meningkat 0,71% menjadi USD1,3087. Sterling menguat selama 10 hari berturut-turut.
Mata uang Inggris kemungkinan siap untuk mencatatkan apresiasi lebih lanjut karena mengejar ketertinggalan sebelumnya, kata Marc Chandler, analis Bannockburn Global Forex di New York. "Saya pikir sterling ada di tengah-tengah penguatan bersejarah."
Pada akhir perdagangan di New York, dolar Australia naik menjadi USD0,7175 dari USD0,7168. Dolar AS dibeli 104,82 yen, lebih rendah dari 105,03 yen pada sesi sebelumnya. Sementara,  greenback  melemah jadi 0,9096 franc Swiss dari 0,9138 franc Swiss, dan meningkat ke posisi 1,3443 dolar Kanada dari 1,3364 dolar Kanada. (ef)

Sumber : Admin