Tuntaskan Rights Issue, BRI Berhasil Raih Penuh Dana Publik Rp 41 Triliun
Monday, September 27, 2021       17:21 WIB

JAKARTA, Investor.id - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk () berhasil mendapatkan dana segar dari publik sekitar Rp 41 triliun dari pelaksanaan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau  rights issue . Keberhasilan ini bisa menjadi momentum pertumbuhan pasar modal Indonesia.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, informasi raihan dana dari publik tersebut sesuai dengan informasi yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI).
Rights issue  berhasil mendapatkan dana dari publik Rp 41 triliun atau  fully subscribe.  Kalau minggu lalu, saya sampaikan masih Rp 27 triliun, tapi hari ini sudah Rp 41 triliun, jadi ini berita positif," kata dia dalam acara Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senin (27/9).
Dengan pencapaian tersebut,  rights issue  BRI bisa menjadi  rights issue  terbesar di Asia Tenggara dan sekaligus salah satu terbesar di kawasan Asia. Hal ini menunjukkan pasar modal Indonesia masih sangat dihargai sebagai pasar modal yang akan bertumbuh positif.
Adapun total raihan dana  rights issue  BRI mencapai Rp 95,92 triliun. Angka tersebut terdiri atas dana yang diperoleh dari investor publik mencapai Rp 41 triliun dan inbreng saham pemerintah di PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) kepada BRI sebesar Rp 54,77 triliun. Dana dari  rights issue  akan digunakan BRI sebagai modal kerja untuk pengembangan Holding Ultra Mikro dan pengembangan ekosistem bagi segmen pelaku usaha ultra mikro.
Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan, dana dari hasil  rights issue , yakni sebesar Rp 54,7 triliun akan menjadi penyertaan BRI di Pegadaian dan PNM sebagai konsekuensi dari inbreng pemerintah. Lalu, sekitar 60-70% dari dana tunai sebesar Rp 41 triliun akan dialokasikan untuk modal kerja perseroan dalam rangka pengembangan, serta penguatan ekosistem segmen ultra mikro. Sedangkan sisanya untuk modal kerja pada segmen bisnis mikro dan kecil.
Dia menjelaskan, dengan potensi pertumbuhan ekosistem usaha ultra mikro yang besar di Indonesia akan menjadi pendorong positif pertumbuhan bisnis BRI di masa depan. BRI akan terus memfokuskan kepemimpinannya yakni menyasar pembiayaan di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah ( UMKM ) dan ultra mikro.
"Langkah ini sejalan dengan prinsip awal lahirnya BRI. Karena DNA-nya BRI memang sudah jadi bank mikro. Karena itu, komitmen BRI akan tetap konsisten dominan di UMKM ," ungkap dia dalam keterangan resmi.
Sunarso menegaskan,  rights issue  BRI bertujuan untuk memperkuat pertumbuhan bisnis perseroan di masa yang akan datang melalui pembentukan dan penguatan ekosistem ultra mikro. Hal tersebut ditempuh dengan menambah portofolio perusahaan anak yang selama ini bergerak dan berkinerja baik di segmen ultra mikro yaitu Pegadaian dan PNM.
"Pembentukan ekosistem ultra mikro akan memperkuat perjalanan BRI dalam mencapai aspirasi The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia and Champion of Financial Inclusion, dan terus memberikan  value  berkelanjutan bagi seluruh  stakeholders ," ujar Sunarso.
Menurut dia, Holding Ultra Mikro akan menghasilkan lembaga pemberdayaan mikro termasuk ultra mikro terbesar yang memiliki ekosistem keuangan terlengkap. Ekosistem ultra mikro yang dibangun berdasarkan sinergi model bisnis BRI, Pegadaian, dan PNM akan mampu memberikan perjalanan layanan keuangan yang terintegrasi bagi pelaku usaha di segmen tersebut.
Kepercayaan Investor
Menanggapi raihan dana tersebut,  Equity Analyst  Sucor Sekuritas Edward Lowis menjelaskan,  rights issue  yang tereksekusi penuh oleh investor ( fully subscribe ) menunjukkan pasar memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap saham . Selain itu, tekanan yang terjadi pada pergerakan saham dalam satu bulan terakhir seharusnya akan mereda, sehingga harga saham akan berangsur meningkat.
"Kami masih optimistis dengan kinerja BRI dengan penggabungan Pegadaian dan PNM disinyalir akan mempercepat BRI untuk penetrasi ke masyarakat yang masih memiliki keterbatasan akses ke perbankan," jelas dia kepada  Investor Daily , di Jakarta, Senin (27/9).
Dengan melihat hal tersebut, Edward merekomendasikan 'buy' untuk saham dengan target harga Rp 4.720. Sementara dalam penutupan perdagangan, Senin (27/9), saham ditutup melemah 1,83% ke level Rp 3.750 dari perdagangan akhir pekan lalu.

Sumber : Investor.id

berita terbaru