Walau return berpotensi turun, reksadana pasar uang bisa tetap jadi pilihan menarik
Saturday, November 21, 2020       10:25 WIB

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Menabung di bank kini bukanlah jadi pilihan investasi yang menjanjikan. Saat ini, rata-rata suku bunga tabungan per bulan Agustus 2020 sudah semakin layu setelah hanya menawarkan 0,96%.
Nah, dengan keputusan Bank Indonesia (BI) yang pangkas suku bunga acuan atawa BI 7-Day Reserve Repo Rate (BI7- DRRR ) dari 4% menjadi 3,75%, maka suku bunga tabungan berpotensi kembali tergerus.
Dengan hitungan suku bunga tabungan tersebut, dapat dipastikan nasabah justru akan tekor jika memiliki saldo yang mini. Katakanlah, saldo tabungan rata-rata nasabah sebesar Rp 10 juta, bunga yang diterima hanya Rp 8.000 per bulan atau Rp 96.000 setahun. Jumlah tersebut masih harus dipotong pajak 20% dan biaya administrasi lainnya.
Pemangkasan suku bunga ini tentu juga akan berdampak pada imbal hasil deposito, sehingga instrumen ini pun dinilai kurang optimal. Pada akhirnya reksadana pasar uang bisa jadi pilihan untuk investasi saat ini.
 Head of Fixed Income  Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf mengatakan, walau imbal hasil reksadana pasar uang akan turun, secara keseluruhan masih tetap lebih baik dibanding deposito.
Menurut dia, reksadana pasar uang turun terdampak dari kebijakan BI. Dengan bunga deposito yang turun, imbal hasil reksadana pasar uang dapat dipastikan ikut tergerus.
Belum lagi, dari sisi obligasi,  yield  yang ditawarkan pada penerbitan obligasi baru nantinya juga ikut terkerek turun seiring kebijakan tersebut.
"Namun, secara industri, sebenarnya ini bisa berdampak baik. Pasalnya, akan banyak investor deposito yang beralih ke reksadana pasar uang yang menawarkan imbal hasil lebih besar. Jadi Manajer Investasi harus bisa meracik portofolio agar lebih unggul dari indeks acuan, sehingga investor baru yang terus tumbuh ini akan meliriknya," jelas dia.
Demi memanfaatkan momentum tersebut, Sucorinvest AM akan mengedepankan pengelolaan portofolio secara aktif. Hal ini meliputi strategi memaksimalkan  market timing , maupun strategi penyesuaian durasi, sembari memastikan risiko tetap terjaga. Dimas meyakini, dengan pengelolaan risiko yang terukur, performa yang optimal akan datang secara otomatis.
Ia mencontohkan, untuk deposito, pihaknya bisa memperpanjang durasi jika memang terlihat adanya kemungkinan pemangkasan suku bunga kembali. Sementara untuk obligasi, pilihannya adalah obligasi dengan rating minimal A- dan memilih penerbit yang kinerjanya sudah teruji di masa pandemi dan pemulihan ekonomi.
"Pada tahun depan, dengan BI yang masih menyisakan satu kali ruang pemangkasan suku bunga, kemungkinan secara industri imbal hasil reksadana pasar uang akan turun 25 bps-50 bps dari tahun ini. Sementara kami berharap imbal hasil produk reksadana pasar uang kami tidak turun lebih dari 35 bps dari tahun ini," pungkas Dimas.

Sumber : KONTAN.CO.ID