Wall Street "Melempem", Keperkasaan Dolar Berlanjut untuk Empat Sesi Beruntun
Thursday, December 10, 2020       05:19 WIB

Ipotnews - Dolar menguat untuk sesi keempat berturut-turut, Rabu, karena momentum jual mereda dengan saham di bawah tekanan, tetapi berita vaksin yang positif dan prospek lebih banyak stimulus fiskal Amerika tahun depan menahan kenaikan  greenback. 
Pada perdagangan petang, Indeks Dolar (Indeks DXY) ukuran  greenback  sekeranjang enam mata uang utama lainnya, naik 0,1% menjadi 91,027, demikian laporan  Reuters  dan  Xinhua,  di New York, Rabu (9/12) atau Kamis (10/12) pagi WIB. Indeks tersebut mencapai level terendah April 2018 di posisi 90,47 pada Jumat lalu.
Dolar menyentuh sesi tertinggi versus yen dan franc Swiss.
"Nasdaq merosot 2% dan setiap kali kita melihat warna merah di layar, itu adalah alasan lain untuk membeli dolar," kata Erik Bregar, Kepala Strategi FX di Exchange Bank of Canada, Toronto.
"Saya pikir kita berada pada titik yang cukup menarik di sini. Saya melihat S&P dan saya melihat  bearish  di luar hari itu dan ini membuat saya mual memikirkan kerugian lebih lanjut."
Euro turun 0,2% menjadi USD1,2080, tetapi masih berada di jalur untuk mencatat kenaikan tahunan sekitar 8%, terbesar sejak 2017.
Bank Sentral Eropa akan menggelar pertemuan, Kamis, untuk menentukan kebijakan moneter, dan Bregar mengatakan pasar memperkirakan peningkatan Pandemic Emergency Purchase Program.
Dia menambahkan komentar mengenai nilai tukar dari ECB adalah "hal yang paling ingin diketahui publik, mengingat kenaikan euro/dolar baru-baru ini."
Mata uang berisiko, termasuk dolar Australia dan juga yuan China, memimpin kenaikan terhadap dolar, tetapi gagal mempertahankan posisi tertingginya. Sebelumnya, kedua mata uang itu menyentuh level tertinggi dua setengah tahun versus dolar AS.
Penurunan dolar, bagaimanapun, tetap menjadi sentimen yang menyebar di pasar, meski Francesca Fornasari, Kepala Solusi Mata Uang di Insight Investment, London, tidak yakin pelemahan mata uang tersebut adalah tren jangka panjang.
Dengan kasus virus korona Amerika yang melebihi 15 juta, regulator bergerak selangkah lebih dekat untuk menyetujui vaksin Covid-19, sementara Inggris mulai menginokulasi warganya pada Selasa.
Investor juga mencermati negosiasi bantuan virus korona di Amerika. Kedua faktor tersebut mendukung dolar dalam beberapa sesi terakhir.
Yuan Melesat
Dolar turun menjadi 6,5198 yuan pada perdagangan  onshore,  tingkat terendah sejak Juni 2018, menempatkan yuan melambung lebih dari 10% dari posisi terendah Mei, didorong depresiasi dolar dan arus masuk yang stabil ke saham dan obligasi China.
Dolar AS terakhir diperdagangkan naik 0,2% menjadi 6,5301 yuan.
Poundsterling bergerak  volatile,  naik 0,3% terhadap dolar menjadi USD1,3390.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memulai pertemuan krisis saat makan malam di Brussel dengan Kepala Eksekutif Uni Eropa, Rabu, beberapa jam setelah memperingatkan blok itu harus membuat konsesi untuk mencapai kesepakatan perdagangan Brexit dan menghindari perpisahan yang bergejolak.
Dolar Australia, sementara itu, melejit ke level tertinggi sejak Juni 2018 terhadap  greenback  dan terakhir naik 0,4% menjadi USD0,7436.
Pada akhir perdagangan di New York, dolar AS dibeli 104,22 yen, lebih tinggi dari 104,18 yen pada sesi sebelumnya. Sementara,  greenback  naik menjadi 0,8898 franc Swiss dari 0,8893 franc Swiss, dan tidak berubah pada penutupan di 1,2819 dolar Kanada dari 1,2819 dolar Kanada. (ef)

Sumber : Admin