Wall Street Terbebani Sentimen Pandemi, Dow Jatuh Lebih dari 900 Poin
Thursday, October 29, 2020       04:42 WIB

Ipotnews - Bursa ekuitas Wall Street turun tajam, Rabu, di tengah kekhawatiran lonjakan infeksi virus korona dan potensi dampaknya terhadap ekonomi global.
Dow Jones Industrial Average ditutup anjlok 943,24 poin, atau 3,43% menjadi 26.519,95, membukukan sesi negatif keempat berturut-turut, demikian laporan   CNBC   dan  AFP,  di New York, Rabu (28/10) atau Kamis (29/10) pagi WIB.
Sementara itu, indeks berbasis luas S&P 500 merosot 3,53%, atau 119,65 poin, menjadi 3.271,03, sedangkan Nasdaq Composite Index menyusut 3,73%, atau 426,48 poin, menjadi 11.004,87. Dow dan S&P 500 mengalami hari terburuk sejak 11 Juni.
Bursa saham Amerika Serikat mengambil isyarat dari tolok ukur pasar Eropa. Indeks Dax Jerman anjlok 4,2% ke level terendah sejak akhir Mei. CAC 40 Prancis turun 3,4%. FTSE 100 di London ditutup 2,6% lebih rendah.
Kasus virus korona AS melejit dengan rekor rata-rata harian 71.832 selama sepekan terakhir, menurut data yang dikumpulkan Universitas Johns Hopkins. Sementara itu, tingkat rawat inap terkait virus korona melesat 5% atau lebih di banyak negara bagian, menurut data dari Covid Tracking Project. Kasus juga meningkat tajam di seluruh Eropa.
Peningkatan kasus Covid baru-baru ini menyebabkan beberapa negara menerapkan kembali tindakan  social distancing  tertentu. Di Amerika, negara bagian Illinois memerintahkan Chicago untuk menutup tempat makan dalam ruangan. Di Eropa, pejabat Jerman menyetujui penguncian sebagian selama empat minggu, sementara Prancis memberlakukan pembatasan nasional yang baru hingga 1 Desember.
"Saya pikir akan ada seruan untuk penguncian seperti yang telah kita lihat di Chicago," kata Jim Cramer dari   CNBC ,  Rabu. "Penguncian tanpa stimulus sama seperti apa yang kita lihat."
"Sayang sekali karena, jika ada stimulus, kita kemudian akan fokus pada laporan keuangan dan laba sebenarnya sangat bagus," katanya.
Chris Low, analis FHN Financial, mengatakan investor kecewa dengan kegagalan Kongres untuk memberlakukan stimulus tambahan. Dia juga mengatakan investor semakin khawatir dukungan fiskal bisa mendapatkan hambatan setelah pemilu 3 November jika pemungutan suara kembali menghasilkan perpecahan pemerintah antara Demokrat dan Republik.
Saham yang akan terkena dampak paling parah oleh langkah  lockdown  atau perlambatan dalam pembukaan kembali ekonomi memimpin kejatuhan pada sesi Rabu. Saham United Airlines menyusut 4,6%. Saham Royal Caribbean kehilangan 7,4%, sementara Norwegian Cruise Line dan Carnival masing-masing anjlok 9,1% dan 10,6%.
Facebook, Twitter, dan induk usaha Google, Alphabet, semuanya turun tajam di tengah sidang Senat yang kontroversial di mana Partai Republik menuduh perusahaan itu menekan konten konservatif.
Indeks Volatilitas Cboe (VIX), yang dikenal di Wall Street sebagai "pengukur ketakutan" pasar, melonjak di atas 40 dan mencapai level tertinggi sejak 15 Juni.
Indeks 30 saham unggulan Dow jatuh 6,4% sejauh pekan ini, pada kecepatan penurunan mingguan terbesar sejak Maret. S&P 500 melorot 5,6% pada periode tersebut, juga menuju pekan terburuk sejak Maret. Nasdaq turun 4,7% minggu ini.
Laporan Keuangan
Wall Street juga mencermati gelombang terbaru laporan keuangan perusahaan untuk kuartal sebelumnya, termasuk dari raksasa teknologi Microsoft.
Microsoft melaporkan laba dan pendapatan lebih baik dari ekspektasi untuk kuartal ketiga karena penjualan dari bisnis  cloud -nya meningkat tajam. Namun, saham Microsoft turun 5% karena panduan pendapatan yang lemah.
Boeing melaporkan kerugian kuartalan lebih sempit dari perkiraan, tetapi perusahaan itu mengatakan berencana untuk memangkas ribuan pekerja hingga 2021 karena menyesuaikan dengan penurunan jangka panjang dalam permintaan perjalanan udara. Saham Boeing merosot 4,6%.
Saham General Electric meroket 4,5% setelah perusahaan melaporkan pendapatan yang lebih kuat dari perkiraan dan laba yang disesuaikan cukup mengejutkan pada kuartal ketiga. First Solar juga membukukan angka kuartalan yang mengalahkan ekspektasi analis, mendorong sahamnya melambung lebih dari 13%.
"Secara umum, musim laba tercatat lebih baik dari ekspektasi," kata Megan Horneman, Direktur Strategi Portofolio Verdence Capital Advisors. "Satu hal adalah ada beberapa kekhawatiran yang mendasari saat kita mempelajari beberapa laporan tersebut."
"Selain itu, tidak banyak perusahaan yang memberikan panduan yang solid. Itu akan menjadi sesuatu yang lebih meyakinkan bagi investor," kata Horneman. (ef)

Sumber : Admin