Wall Street Abaikan Ketakutan Inflasi, S&P 500 Catat Rekor Penutupan Tertinggi
Friday, June 11, 2021       04:16 WIB

Ipotnews - Bursa ekuitas Wall Street ditutup menguat, Kamis, dengan S&P 500 berakhir di atas rekor tertinggi sebelumnya yang dicapai pada 7 Mei, karena data ekonomi tampaknya mendukung pernyataan Federal Reserve bahwa gelombang peningkatan inflasi saat ini akan bersifat sementara.
Indeks berbasis luas S&P 500 naik 0,47% atau 19,63 poin ke rekor penutupan tertinggi di 4.239,18, demikian laporan   CNBC   dan  Reuters,  di New York, Kamis (10/6) atau Jumat (11/6) pagi WIB.
S&P 500 juga mencapai rekor  intraday  di 4.249,74, melampaui level tertinggi 7 Mei setelah pasar diperdagangkan sideways selama sebulan.
Dow Jones Industrial Average bertambah 19,10 poin, atau 0,06%, menjadi 34.466,24, sedangkan Nasdaq Composite Index meningkat 0,78% atau 108,58 poin menjadi 14.020,33.
Indeks harga konsumen (IHK) untuk periode Mei berakselerasi pada laju tercepat sejak musim panas 2008 di tengah pemulihan ekonomi dari resesi yang dipicu pandemi, Departemen Tenaga Kerja Amerika melaporkan, Kamis.
Indeks tersebut, yang mewakili sekeranjang termasuk makanan, energi, bahan makanan dan harga di seluruh spektrum barang, meningkat 5% dari tahun lalu. Ekonom yang disurvei  Dow Jones  memperkirakan kenaikan sebesar 4,7%.
"Saya pikir ada banyak orang yang menahan diri, yang ingin melihat angka inflasi yang lebih panas," kata Jim Cramer,   CNBC ,  di acara "Squawk on the Street." "Sekarang mereka berkata, 'Oke, sekarang sudah selesai. Mari kita beli.' Karena mereka sedang berada di sela-sela dan mereka ingin masuk. Saya rasa itu tidak biasa beberapa hari ini karena masih ada begitu banyak daya beli di luar sana. Orang-orang ingin masuk."
Ketakutan lonjakan inflasi membebani pasar saham, bulan lalu, dengan investor khawatir lonjakan harga akan menaikkan biaya bagi perusahaan, memicu kenaikan suku bunga dan menyebabkan Federal Reserve menghapus kebijakan ultra-longgarnya.
"IHK ini tidak akan mengubah narasi secara dramatis, dan masih ada indikasi bahwa momentum inflasi akan mereda dalam beberapa bulan mendatang," ujar Adam Crisafulli, pendiri Vital Knowledge.
Banyak ekonom juga mengatakan lonjakan biaya mobil bekas untuk bulan itu bisa mencondongkan pembacaan inflasi. Harga mobil dan truk bekas melonjak lebih dari 7%, terhitung sepertiga dari total kenaikan untuk bulan tersebut, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja. Lonjakan harga mobil bekas kemungkinan mencerminkan fenomena sementara terkait pandemi dan pasokan kendaraan.
Laporan terpisah yang dirilis Kamis menunjukkan klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir 5 Juni mencapai 376.000, dibandingkan perkiraan  Dow Jones  370.000. Jumlah tersebut masih menjadi yang terendah di era pandemi.
Saham UPS melesat sekitar 1% setelah  upgrade  dari JPMorgan. Saham Boeing lebih tinggi, tetapi Delta Air Lines tergelincir.
GameStop, pengecer  video-game  yang juga saham meme, anjlok 27% bahkan setelah perusahaan menunjuk mantan eksekutif Amazon, Matt Furlong, untuk menjadi CEO berikutnya, dan mengatakan penjualan meroket 25% pada kuartal terakhir. Perusahaan itu juga mengatakan akan menjual hingga 5 juta saham tambahan.
Saham lain yang diuntungkan dari reli  short-squeeze  ritel, termasuk Clover Health Investments Corp, AMC Entertainment Holdings, Bed Bath & Beyond Inc dan GEO Group, juga tergelincir, turun antara 8% dan 19%.
Pfizer Inc melonjak 2,2% di tengah berita bahwa Amerika Serikat akan membayar pabrikan obat itu sekitar USD3,5 miliar untuk 500 juta dosis vaksin Covid-19 yang ingin disumbangkan ke 100 negara berpenghasilan terendah. (ef)

Sumber : Admin