Yen Meroket Jelang Pertemuan Kebijakan BOJ, Greenback Tersungkur
Thursday, July 25, 2024       05:09 WIB

Ipotnews - Dolar jatuh ke level terendah dalam lebih dari dua bulan terhadap yen, Rabu, karena carry trade yen meredup menjelang pertemuan Bank of Japan minggu depan, dengan investor bersiap menyambut sikap moneter yang hawkish untuk memperketat kebijakan.
Yen juga melesat ke level tertinggi sejak pertengahan Mei terhadap euro di tengah ekspektasi perbedaan imbal hasil yang membuat investor asing kesulitan untuk memegang sekuritas yen akan menyempit, demikian laporan  Reuters,  di New York, Rabu (24/7) atau Kamis (25/7) pagi WIB.
Indeks Dolar (Indeks DXY), yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang, termasuk yen dan euro, turun 0,12% menjadi 104,35. Penurunan ini sedikit berkurang setelah S&P Global mengatakan Composite PMI Output Index Amerika Serikat yang melacak sektor manufaktur dan jasa naik tipis menjadi 55,0 pada bulan ini, level tertinggi sejak April 2022.
"Kita hanya melihat kekhawatiran atas pertumbuhan global dan kita bakal melihat sepanjang sisa minggu ini apakah itu akan terus berlanjut, apakah AS akan bernasib berbeda," kata Helen Given, Direktur Monex USA, di Washington DC, menyoroti pemotongan suku bunga yang mengejutkan oleh China minggu ini sebagai katalisator kekhawatiran tersebut.
"Data PMI Amerika hari ini cukup positif, tetapi tidak terlalu mengejutkan," lanjutnya.
Berita makro utama pekan ini akan dirilis Kamis, dengan estimasi pertama PDB kuartal kedua AS, dan Jumat, dengan Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), yang diandalkan Federal Reserve untuk mengukur inflasi.
Sejumlah narasumber mengatakan kepada  Reuters  bahwa bank sentral Jepang kemungkinan akan berdebat pada pertemuan 30-31 Juli apakah akan menaikkan suku bunga, dan mengungkap rencana untuk mengurangi pembelian obligasi sekitar setengahnya dalam beberapa tahun mendatang.
The Fed mengadakan pertemuannya pada hari yang sama. Kendati sedikit yang memperkirakan untuk mulai memangkas suku bunga bulan ini, ada kemungkinan besar pesan the Fed terkait pivot pada September akan menjadi lebih kuat, mengingat inflasi yang terus menurun selama berbulan-bulan dan pertumbuhan yang lebih lambat.
Lebih dari tiga perempat ekonom yang disurvei  Reuters  memperkirakan BOJ akan tetap pada pendiriannya bulan ini, dan kemungkinan langkah berikutnya pada September atau Oktober.
Dugaan putaran intervensi mata uang baru-baru ini membuat spekulan bergegas untuk menutup apa yang sebelumnya merupakan carry trade yang menguntungkan, di mana mereka meminjam dalam yen berimbal hasil rendah dan berinvestasi dalam aset mata uang dengan rates yang lebih tinggi.
Yen adalah mata uang G-10 dengan kinerja terbaik terhadap dolar sejauh bulan ini.
Dolar melorot 1,07% menjadi 153,92 yen, mencapai level terendah sejak 6 Mei. Euro menandai harga terendah sejak 8 Mei dan anjlok 1,16% jadi 166,915 yen.
"Bahkan jika BOJ memberikan sesuatu yang tidak se-hawkish yang diharapkan pasar saat ini, masih ada risiko Kementerian Keuangan bakal turun tangan dan mencegah pelemahan yen jika itu terjadi," kata Brian Daingerfield, analis NatWest Markets di Stamford, Connecticut.
"Tentu saja ada kenyataan bahwa the Fed tampaknya semakin mendekati potensi untuk memulai siklus pelonggarannya sendiri di sini."
Euro turun 0,11% menjadi USD1,0839. Poundsterling tidak berubah pada perdagangan akhir di USD1,2905.
Mata uang terkait komoditas jatuh ke level terendah multi-minggu. Harga minyak berada pada titik terendah dalam satu setengah bulan dan logam industri seperti bijih besi dan tembaga mencapai level terlemah dalam 3,5 bulan karena prospek permintaan China yang suram.
Dolar Australia turun hingga 0,5% dan ditutup pada USD0,6584 mendekati titik terendah yang dicapai pada awal Juni.
Dolar Kanada melemah menjadi 1,3808 per dolar AS.
Dolar Selandia Baru menyusut jadi USD0,5927, diperdagangkan di level yang terakhir terlihat pada awal Mei.
"Kita melihat permintaan yang lebih lemah di China dan Asia secara umum dan kiwi serta Aussie baru saja ditarik turun," kata Jason Wong, analis BNZ di Wellington. (ef)

Sumber : Admin