Yield Amerika Melorot, Greenback Tertahan di Dekat Level Terendah Dua Pekan
Thursday, April 08, 2021       08:57 WIB

Ipotnews - Dolar AS diperdagangkan mendekati level terendah lebih dari dua pekan versus mata uang utama lainnya, Kamis, mengikuti pelemahan  yield  US Treasury, setelah risalah pertemuan kebijakan The Fed tidak menawarkan katalis baru untuk menentukan arah pasar.
Pejabat Federal Reserve tetap berhati-hati tentang risiko pandemi--bahkan ketika pemulihan Amerika Serikat mendapatkan dorongan di tengah stimulus fiskal besar-besaran--dan berkomitmen untuk memberikan dukungan kebijakan moneter sampai rebound lebih aman, demikian isi risalah pertemuan kebijakan Maret bank sentral.
Indeks Dolar (Indeks DXY) yang mengukur  greenback  terhadap sekeranjang enam mata uang, sedikit berubah menjadi 92,425 di awal sesi Asia, setelah jatuh ke posisi 92,134 pada sesi Rabu untuk pertama kalinya sejak 23 Maret, demikian laporan  Reuters,  di Tokyo, Kamis (8/4).
Indeks tersebut melesat ke level tertinggi hampir lima bulan, yakni 93,439, pada akhir Maret, karena pemulihan pandemi Amerika melampaui sebagian besar negara maju lainnya, terutama Eropa.
Sementara itu,  yield  US Treasury 10-tahun berada di kisaran 1,67% pada sesi Kamis, setelah turun di bawah 1,63% tadi malam. Imbal hasil acuan itu menyentuh level tertinggi lebih dari satu tahun 1,776% pada akhir Maret.
Indeks berbasis luas S&P 500 menguat dan kembali mencatat rekor pada penutupan Rabu.
Meski arah pasar sulit untuk ditentukan, Chief Currency Strategist Citigroup Global Markets Jepang, Osamu Takashima, memperkirakan pergerakan selanjutnya bagi  greenback  akan lebih rendah.
"Sentimen pasar saat ini adalah  risk-on  yang ringan, dan dalam kondisi seperti itu dolar akan melemah secara bertahap - tetapi tidak ada pergerakan besar," kata Takashima.
Penurunan imbal hasil Amerika juga telah menghapus pendorong kenaikan dolar, papar dia.
Dolar sedikit berubah menjadi 109,78 yen, relatif stabil setelah jatuh dari level tertinggi lebih dari satu tahun di 110,97 yang dicapai pada 31 Maret.
Euro berkonsolidasi di kisaran USD1,1865 setelah rebound dari level terendah hampir lima bulan di USD1,1704, juga disentuh pada 31 Maret.
"Progres vaksinasi di Zona Euro secara signifikan tertinggal dari Amerika, dan tingkat infeksi virus korona di Zona Euro meningkat lagi," kata analis Commonwealth Bank of Australia, Joseph Capurso.
"Dengan demikian, EUR/USD rentan untuk bergerak lebih rendah menuju USD1,1700 dalam jangka pendek." (ef)

Sumber : Admin