Beban Biaya Naik Perlambat Pemulihan Kinerja, Rating LSIP Jadi Hold
Thursday, November 01, 2018       06:10 WIB

Ipotnews - Rating saham PT PP London Sumatera Tbk () turun level dari Buy menjadi Hold. Proyeksi laba juga dipangkas naik sebesar 4 persen pada 2018 dan 11 persen pada 2019 karena penyesuain kenaikan biaya produksi sebagaimana telah terlihat pada kuartal ketiga 2018 (3Q18).
Target price (TP) saham ditetapkan Rp1.300 per saham. Potensi penguatan saham terbatas hanya 4 persen.
Kinerja Laba
Laba bersih naik 10 persen (QoQ), menorehkan recovery di periode 3Q18 namun tetap lebih rendah dari ekspektasi pasar.
Laba bersih tersebut tercatat Rp120 miliar atau turun 33 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, mengantarkan laba di periode 9M18 sebesar Rp345 miliar atau turun 46 persen (YoY).
Pada pos operasional, membukukan laba sebelum pajak ( EBIT ) Rp96 miliar di periode 3Q18, mengalami penurunan 12 persen (QoQ) dan 56 persen (YoY). Sehingga EBIT pada 9M18 sebesar Rp332 miliar, turun 56 persen (YoY).
Di sisi lain pendapatan mencapai Rp1,1 triliun di 3Q, naik 24 persen (QoQ) namun flat secara YoY. Pos pendapatan pada 9M18 Rp2,87 triliun, turun 20 persen (YoY) karena penjualan turun di periode 1H18.
Pendapatan di 9M18 merepresentasikan 67 persen dari consensus para analis. Walaupun kinerja penjualan menguat, tetapi marjin kotor perseroan turun 17,6 persen di 3Q dibanding periode 2Q sebesar 21,6 persen seiring biaya panen dan biaya tak langsung tercatat melonjak.
"Diperkirakan membukukan kinerja penjualan yang kuat pada kuartal keempat tahun 2018 dengan ditopang oleh kenaikan produktivitas," kata Analis Indo Premier Sekuritas, Frederick Daniel seperti dikutip dari risetnya, Rabu (31/10).
Pemulihan di 2019
Harga minyak sawit yang lebih baik pada 2019 akan menguntungkan tetapi diperkirakan juga biaya akan meningkat seperti terlihat pada 3Q18.
Frederick memperkirakan akan membukukan pertumbuhan laba sebesar 28 persen di tahun 2019, terutama ditopang oleh kenaikan harga CPO seiring kenaikan demand terhadap minyak sawit di dalam negeri yang membaik (dari program B-20).
Alhasil program tersebut akan menurunkan ekspor minyak sawit Indonesia yang akan menyebabkan defisit pasokan global. Juga diperkirakan akan ada kenaikan demand dari India karena produksi minyak sawit India terbatas. Defisit India akan tertekan pada 4Q18 seiring demand aka meningkat bertepatan dengan hari Diwali pada bulan Nopember. Sementara suplai lebih rendah akibat curah hujan rendah di beberapa sentra produksi minyak sawit India.
(Riset Indo Premier Sekuritas)

Year To 31 Dec

2016A

2017A

2018F

2019F

2020F

Revenue (RpBn)

3,848

4,738

4,121

4,436

4,750

EBITDA (RpBn)

1,174

1,373

929

1,115

1,338

EBITDA Growth (%)

6.2

16.9

(32.3)

20.1

20.0

Net Profit (RpBn)

594

763

487

625

792

EPS (Rp)

87

112

71

92

116

EPS Growth (%)

(4.7)

28.5

(36.2)

28.2

26.8

Net Gearing (%)

(14.9)

(20.1)

(20.4)

(23.9)

(27.9)

PER (x)

14.4

11.2

17.5

13.7

10.8

PBV (x)

1.1

1.1

1.0

1.0

0.9

Dividend Yield (%)

3.0

2.8

3.6

2.3

2.9

EV/EBITDA (x)

8.2

7.4

11.0

9.5

8.3

Source: , Indo Premier Sekuritas ; Shareprice closing as of 30 October 2018


Sumber : admin