Mengapa Kinerja Reksadana yang Dikelola Secara Aktif Sulit Mengalahkan Indeks?
Friday, February 11, 2022       15:21 WIB

Ipotnews - Pada artikel sebelumnya tentang "Pentingnya Meminimalkan Biaya-Biaya Investasi" kita telah membuktikan (melalui perhitungan sederhana) bahwa perbedaan biaya investasi reksadana yang hanya 1% per tahun saja, dalam waktu 30 tahun akan mengakibatkan perbedaan kinerja yang besar sekali (35%). Perhitungan itu hanya dibuat untuk memberikan gambaran kepada para pemodal mengenai pentingnya meminimalkan biaya-biaya investasi.
Sesungguhnya, biaya-biaya investasi dari reksadana konvensional (yang jauh lebih mahal dibandingkan reksadana Bursa atau ETF), hanya merupakan salah satu dari tiga hal utama yang menyebabkan kinerja reksadana konvensional (reksadana yang dikelola secara aktif) sulit, atau bahkan tidak dapat mengungguli kinerja indeks acuannya setelah memperhitungkan biaya-biaya.
Dua hal penting yang lainnya adalah Investasi Merupakan Zero Sum Game dan Teorema Efisien Market yang berlaku dalam investasi portofolio.
Pada artikel ini kita akan membahas lebih jauh mengenai dua hal penting ini.
Pertama, bahwa investasi (ternyata) merupakan  Zero Sum Game.  Ini berarti bahwa untuk setiap keuntungan (kerugian) yang dialami seorang pelaku pasar, maka akan ada satu atau beberapa pelaku pasar atau pelaku pasar lain yang mengalami kerugian (keuntungan). Keuntungan (kerugian) tersebut secara agregat sama besar dengan keuntungan (kerugian) pelaku pasar yang pertama (setelah dikurangi biaya-biaya).
Pada kondisi investasi yang tanpa biaya,  zero sum game  berarti bahwa separuh dari semua transaksi (rata-rata tertimbang) di pasar modal akan berada di kanan garis vertikal (sumbu Y), dan separoh lagi berada di sebelah kirinya. Pelaku pasar di sini adalah semua pemodal yang ada di pasar, bukan hanya pemodal institusi, tapi termasuk juga pemodal perorangan.
Distribusi kinerja semua pemodal akan berbentuk lonceng di mana rata-rata kinerja dari seluruh investasi pemodal adalah rata-rata tingkat imbal hasil pasar atau  mean market return  (sebelum biaya-biaya). Jarak garis vertikal ini dari titik nol menunjukkan nilai rata-rata imbal hasil pasar, sebelum memperhitungkan biaya-biaya.
Setelah memperhitungkan biaya-biaya, garis vertikal yang membagi kurva imbal hasil dari portofolio ini akan bergeser ke kanan sebesar biaya-biaya investasi yang dikeluarkan untuk mendapatkan imbal hasil ( return ) tersebut. Artinya, setelah memperhitungkan biaya-biaya, hanya tersisa  lebih sedikit  Manajer Investasi yang kinerjanya ada di atas biaya-biaya yang dikeluarkannya.
Dengan kata lain, dengan adanya biaya-biaya yang menjadi beban portofolio, Manajer Investasi akan menghadapi hambatan lebih besar untuk bisa menunjukkan kinerja yang bagus dari portofolio yang dikelolanya (lebih besar dari beban biaya-biaya investasi untuk mendapatkan kinerja portofolio tersebut).
Kedua, berlaku teorema pasar yang efisien ( efficient market theory ). Teorema pasar modal yang efisien pada dasarnya menyatakan bahwa semua informasi yang masuk ke pasar modal akan segera terefleksi pada harga efek-efek yang dijual di pasar (sehingga tindakan mencari efek-efek yang  mispriced , atau harganya berbeda dengan harga wajar efek tersebut, merupakan tindakan yang sia-sia).
Implikasi dari teorema  efficient market  pada dasarnya berarti bahwa tidak ada seorangpun pelaku pasar yang dapat  secara konsisten  (terus menerus) mendapat keuntungan dari tindakannya membeli atau menjual efek-efek di pasar modal. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa, tindakan Manajer Investasi mengelola portofolio reksadana secara aktif, merupakan  tindakan yang sia-sia .
Perlu diperhatikan bahwa  kecepatan  pasar untuk merefleksikan informasi yang muncul merupakan indikator efisiensi pasar tersebut. Di dalam teori pasar modal yang efisien, dikenal bentuk-bentuk efisiensi sebagai  weak form, semi strong form,  dan  strong form efficiency. 
Hal yang menarik di sini adalah fakta bahwa  zero sum game  ini berlaku baik untuk pasar yang efisien maupun untuk pasar yang tidak efisien. Dahulu kita mungkin berpikir bahwa harga-harga efek yang  mispriced  atau tidak mencerminkan nilai pasar wajarnya, dapat dengan mudah ditemukan di pasar modal yang tidak efisien, yaitu terutama pasar modal di negara-negara berkembang ( emerging markets ).
Dalam batas-batas tertentu, pendapat bahwa pasar modal  emerging markets  tidak efisien, memang benar adanya. Tetapi di pasar manapun, efisien maupun tidak efisien, investasi tetap merupakan  zero sum game  (tetap berlaku). Pemenang dalam  zero sum game  ini adalah pemodal yang dapat meminimalkan biaya-biaya investasinya. Cara yang mudah dalam meminimalkan biaya-biaya investasi adalah dengan berinvestasi pada reksadana indeks atau pada reksadana bursa (ETF) yang pasif.
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS